Oleh : Luthfi Mansyurni
Dalam empat hari ke depan akan ada penentuan siapa yang akan menjadi pemimpin Aceh, tepatnya 27 November 2024 yaitu Pilkada yang menjadi penentu arah kebijakan dan pemimpin Aceh masa mendatang.
Sejak awal masa pencalonan kita sudah merasakan bagaimana hiruk pikuk di tanoh Aceh, dari beragam peristiwa yang dihadirkan oleh para pesandiwara, namun rakyat masih sadar ini semua hanya sementara.
Tentu harapan rakyat Aceh agar Nangroe tercinta ini dibawa ke jalur sejahtera, damai dan nyaman. Karena sudah terlalu lama merasakan kemiskinan, kegaduhan, ketidak pastian, kebodohan, dan tidak hadirnya mereka yang mengayomi dan tempat menggantungkan harapan.
Aceh terus bergejolak, sampai kesepakatan damai di Helsinki. Harapan baru ada, namun setelah waktu berlalu harapan itu sirna. Setelah 20 tahun pasca damai Aceh belum beranjak, Aceh masih tertatih masyarakatnya masih meringis.
Kesepakatan damai bukan cuma digapai oleh peran golongan, damai Aceh dicapai karena keridhaan dari seluruh elemen perjuangan dari para kombantan GAM, alim ulama, masyarakat biasa, anak muda, para wanita, orang tua ( Ayah dan Ibu ) karena saling mendukung.
Ini merupakan capaian yang luarbiasa karena setidaknya kita bisa keluar dari rasa takut dentuman senjata.
Upaya menghadirkan pemimpin sudah disajikan melalui terusungnya dua Paslon Cagub dan Cawagub Aceh, 01 dan 02. Kita harus bangga karena kedua Paslon tersebut merupakan putra terbaik Aceh, setidaknya Aceh akan diurus atau dipimpin oleh orang Aceh.
Bukan kita anti terhadap yang lain akan tetapi sebagaimana pepatah mengatakan “Menyoe Koen Droe Teuh Manduem Goep, Menyoe Na Atra Droe Keu Pue Atra Goep ” dari pepatah itu kita bisa mengambil pelajaran sesuatu yang bisa kita urus sendiri mestinya kita urus sendiri, mencintai milik sendiri lebih utama daripada milik orang lain.
Pada debat pertama kita bisa menilai, didebat kedua kita bisa mengenal dan didebat ketiga kita bisa menyimpulkan. Dari suguhan yang disajikan, penulis yakin kita sudah memiliki kesimpulan arah mana yang lebih baik.
Kita rakyat memiliki hak untuk menentukan Pemimpin kedepan, dan dalam penentuan menggambarkan bagaimana kita.
Allah SWT tidak akan mengubah satu kaum, kalau mereka tidak mengubahnya sendiri. Tentu 20 tahun cukup untuk kita lalui, kali ini mari kita beri kesempatan kepada yang lain.
Aceh harus berubah, rakyat Aceh harus sejahtera bukan cuma diberi janji belaka, rakyat Aceh harus pintar karena kita keturunan raja. Rakyat Aceh harus merasa aman karena kita pejuang bangsa, rakyat Aceh harus memiliki harapan karena SDA kita bagaikan syurga.
Cukupkan Sandiwara
Nomor 01 ada didepan mata, paket perpaduan untuk kita, untuk birokrasi, negosiasi kita percaya sama Pak Bustami, Untuk Urusan Syar’i dan dunia santri kita percaya kepada Syech Fadhil Rahmi.
Sebuah Asa dan Harapan dari sudut desa untuk Aceh tercinta. Hasil renungan dari berbagai peristiwa.[]
Penulis adalah : Mantan Geuchik Qattameya (Mesir)