27.3 C
Banda Aceh
spot_img

TERKINI

Fachreza Afrilanda, Sang Penakluk Hercules dari Lhokseumawe

TERBANG dan membelah langit nusantara telah menjadi mimpi Lettu Pnb Fachreza Afrilanda sejak remaja. Kini dia dipercaya sebagai salah satu pilot pesawat Hercules C-130, milik TNI Angkatan Udara.

Berbagai misi penerbangan telah dilakoninya selama 8 tahun terakhir. Mulai dari misi militer hingga berbagai misi kemanusian.

“Biasanya mendukung pengiriman logistik, melaksanakan penerjunan pasukan ke daerah yang memerlukan pengamanan khusus. Kami juga ditugaskan untuk mendukung kegiatan operasional Presiden dan Wakil Presiden,” kata Fachreza, saat berbincang dengan AcehInfo, di Jakarta, Kamis (31/3).

Lahir di Lhokseumawe, 21 April 1989, Fachreza berjuang keras untuk mewujudkan mimpi sebagai penerbang pesawat militer. Dia bahkan 3 kali gagal masuk TNI, dan baru diterima masuk di Akademi Militer pada tahun 2010, dan lulus pada 2014.

Dua tahun setelahnya, dia harus kembali melanjutkan pendidikan di sekolah penerbang, dan berlatih mengendalikan pesawat berjenis G-120 TP. Usai lulus sebagai penerbang, Fachreza Afrilanda ditempatkan Skdaron Udara 32 Malang, Jawa Tengah, hingga 2019.

Dia meniti karir mulai menjadi co-pilot, hingga kini dipercayakan sebagai salah satu pilot pesawat Hercules. Saat ini ayah satu anak ini berdinas di Skdaron Udara 33, Lanud Sultan Hadanuddin Makassar.

Tak hanya di dalam negeri, Fachreza juga pernah ditugaskan untuk menjalankan misi penerbangan beberapa negara asia. Salah satunya pada 2017, dia sempat ditugaskan untuk menjalankan misi mengirimkan bantuan bagi pengungsi Rohingnya di Myanmar.

Fachreza Afrilanda, Sang Penakluk Hercules Dari Lhokseumawe
Lettu pnb fachreza afrilanda dan tim saat menjalankan misi menjemput mahasiswa dari wuhan china, maret 2020. | foto: dok. Pribadi.

Pada 2020 lalu, suami dari dr Adelia Putri Wirandani ini juga terlibat langsung dalam misi penjemputan mahasiswa dan Warga Indonesia dari Wuhan, saat virus Covid-19 pertama kali ditemukan dan menyebar di China. Itu menjadi salah satu pengalaman menariknya selama berdinas.

“Saya membawa mereka dari Batam ke Natuna. Setelah itu kami juga harus dikarantina selama 14 hari,” katanya.

Saat sejumlah daerah dilanda bencana, Fachreza juga kerap kali ditugaskan mengirimkan bantuan logistik dan mengevakuasi para korban dengan pesawat Herculesnya. Misalnya saat gempa di Lombok dan juga gempa dan tsunami di Palu pada 2018.

Menjadi seorang penerbang, apalagi pesawat militer bukanlah perkara mudah. Fachreza harus melakoni berbagai hal untuk memastikan bahwa seluruh misi dapat berjalan dengan mulus.

“Sebagai insan udara kita harus lebih alert dan lebih aware, terhadap lingkungan dan kondisi di sekitar kita. kita harus memastikan kesiapan pesawat, kondisi cuaca, medan dan juga mental tim kita,” sebutnya.

Fachreza Afrilanda, Sang Penakluk Hercules Dari Lhokseumawe
Lettu pnb fachreza afrilanda

Sebagai seorang militer, Fachreza juga dituntut untuk selalu waspada dengan kondisi sekitarnya. Apalagi jika berada di daerah-daerah yang berbahaya dan rawan konflik bersenjata.

“Kalau menjalankan misi ke wilayah konflik sering, misalnya ke Papua. Saat rusuh 2019 lalu, saya juga ditugaskan ke sana,” sebutnya.

Delapan tahun berdinas, Fachreza kini telah mencatatkan jam terbang selama 2.500. Dia masih akan terus terbang membelah langit katulistiwa, sebagai sang penakluk Hercules dari Lhokseumawe.

“Saya berusaha terus menjalankan tugas dan misi-misi saya dengan sebaik-baiknya, sebagai pengabdian untuk negara dan bangsa,” ujarnya.[]

spot_img

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

INDEKS