LHOKSEUMAWE | ACEH INFO – Polemik penggunaan ganja (cannabis sativa) untuk medis menuai perhatian publik. Kali ini permintaan legalitas ganja justru datang dari seorang ibu rumah tangga asal Sleman, Sarah Warastuti, yang anaknya mengidap penyakit epilepsi.
Permintaan Sarah Warastuti sontak viral di jagat sosial media setelah salah satu seniman, Adien Aisyah Haryadi menguggah foto tersebut. Terkait hal tersebut kembali mendapat sorotan setelah adanya seruan dari Wakil Presiden Ma’ruf Amin, yang meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mengkaji fatwa penggunaan ganja untuk medis.
Terkait hal ini, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh Utara, Harry Laksamana menjawab acehinfo.id, Selasa, 12 Juli 2022, mengatakan ganja dalam dunia medis sering dihubungkan dengan beberapa penyakit.
“Dalam dunia medis sering dihubungkan dengan penyakit yang berhubungan susunan saraf, baik pereda nyeri atau sakit sampai pereda kejang,” ujarnya.
Harry mengatakan perlu tahapan berlapis-lapis untuk menjadikan ganja sebagai obat. Setelah tahapan tersebut juga perlu dilihat mudarat dan efek sampingnya.
“Jika sudah melalui tahapan ini dan dilihat potensi efektivitasnya lebih besar dibandingkan mudharat atau efek sampingnya, barulah suatu zat tadi bisa dijadikan obat,” paparnya.
Harry mengatakan saat ini penggunaan ganja untuk medis masih cukup dikontrol. Keputusan penggunaannya juga cukup evaluatif.
“Efek samping ganja yang mengerikan dan bisa merusak otak (teler, kecanduan, perubahan perilaku),” kata Harry.
Namun, menurut Harry, dalam beberapa kajian Ilmiah ganja disebutkan dapat menjadi jawaban atas beberapa penyakit, dan biasanya berhubungan dengan potensi nyeri rasa sakit yang tidak sanggup ditahan.
“Misal pada pasien tumor atau kanker, gangguan saraf dan otak (kejang) seperti epilepsi atau cerebral palsy, pasien HIV, dan lain-lain,” pungkas Harry.[]
PEWARTA: MAULIDI ALFATA
