26.9 C
Banda Aceh
spot_img

TERKINI

Juli 1926 : Lelucon Cut Ali Menantang Perang Pasukan Belanda

Cut Ali panglima perang penuh humor di pantai barat selatan Aceh, pasukan Belanda menghindar dan menolak berperang melawannya, kenduri besar digelar tujuh hari tujuh malam di kampung sebagai olok-olok kepada Belanda.

Pada Juli 1926 Pemerintah Kolonial Belanda di Aceh mengutus Kapten Gosenson untuk membantu Behrens meredamkan perlawanan rakyat Aceh di pantai barat-selatan yang dipimpin Panglima Cut Ali. Gosenson ditunjuk sebagai pejabat Kontrolur bagi daerah Aceh Selatan, yakni Kluet dan Trumon.

Tapi tak mudah bagi Belanda untuk meredam perlawanan rakyat Aceh di kawasan tersebut. Pasukan Cut Ali terlalu tangguh untuk ditaklukan. Patroli-patroli pasukan Belanda sering diserang secara mendadak, jasad tentara Belanda yang tewas dan terluka ditinggalkan begitu saja. Belanda seperti kehilangan akal melawannya.

Suatu ketika masih dalam bulan Juli 1926, pasukan Cut Ali melakukan serangan dengan kelewang (pedang panjang khas Aceh) terhadap patroli pasukan Belanda pimpinan Schreuder. Tapi serangan itu tidak berhasil, karena pasukan Belanda menghindar, serta tidak ingin berperang menghadapi pasukan Cut Ali.

Baca Juga: 30 Juni 1880 Pasukan Van Woortman Menyerang Batee Iliek

Penulis Belanda yang saat itu menjabat sebagai Redaktur surat kabar Java Bode, HC Zentgraaf dalam buku Atjeh, yang diterbitkan oleh penerbit Koninklijke Drukkerij De Unie, Batavia mengungkapkan karena sikap pasukan Belanda yang tidak mau berperang itu, Cut Ali kemudian membuat olok-olok dengan humornya.

Cut Ali berdiri di tengah kampung, sambil membuat sikap seolah-olah orang yang memperhatikan sesuatu di kejauhan dengan tangan di atas matanya, meninjau ke hutan dan berkata, “Ho Ka Kompeuni?“ (Di mana kamu pasukan Kompeuni ?). Terhadap apa yang dilakukan Cut Ali itu Zentgraaf menulis:

“Ini merupakan lelucon besar dan semua orang senang dibuatnya. Seluruh Isi kampung itu ikut mengajuk bertanya, di mana kamu Kompeuni?. Hal itu adalah untuk menghina kita (Belanda), dan Cut Ali adalah orang besar yang selalu banyak humornya.”

Baca Juga: Kisah Teuku Umar Menculik Perempuan Denmark

Selama tujuh hari Cut Ali dan masyarakat sekitar mengadakan perayaan di kampung itu. Masakan daging melimpah ruah, semua orang memberikan sumbangan dan ikut berpesta. Ada seorang perempuan yang sangat tua, rambutnya yang beruban putih terumbai pada wajahnya, keriput dimakan penghidupan yang bekerja keras di ladang, menyeret seekor kambing, satu-satunya yang menjadi miliknya. Dia melakukan sembah dengan hormat kepada Cut Ali sambil berkata, “Nyoe Peuneujoek ulon nibak droeneu teuku ampon.”(“Inilah sumbangan dari saya, pemimpin besar”) Kambing itu kemudian disembelih dan dibuat gulai kambing yang enak.

Perempuan tua itu merasa sangat berbahagia, oleh karena hak miliknya satu-satunya itu mendapat berkat pada pemimpin besar yang telah mengalahkan orang-orang Belanda. Setelah pesta itu, Cut Ali dan pasukannya kembali masuk hutan untuk bergerilya, melakukan konsolidasi untuk kemudian kembali melakukan serangan.[]

spot_img

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

INDEKS