26.5 C
Banda Aceh
spot_img

TERKINI

Masjid Tuha Teungku Fakinah

ATAP tumpang dua berbentuk limas menjadi ciri khas masjid yang berada di Gampong Blang Miro, Kecamatan Simpang Tiga, Kemukiman Lamkrak, Aceh Besar itu. Ukurannya hanya seluas 12×12 meter, memiliki 16 tiang penampang segi delapan yang berdiri di atas batu berbentuk lingkaran.

Sepintas masjid di Kemukiman Lamkrak ini menyerupai Masjid Tuha Indrapuri, tetapi tanpa dilengkapi susunan fondasi benteng tingkat tiga itu. Inilah Masjid Teungku Fakinah, bangunan ibadah masyarakat Gampong Blang Miro yang kini masuk dalam situs Cagar Budaya di Aceh.

Masjid ini diberi nama sesuai dengan ulama pemimpin pengajian di tempat tersebut, Teungku Hj Fakinah. Dia merupakan seorang pahlawan Aceh di era kolonial Belanda yang pernah menantang perang Teuku Umar pada suatu masa.

Masjid Tuha Teungku Fakinah
Foto: teuku aufaq/acehinfo. Id

Teungku Fakinah—masyarakat sekitar memanggilnya Teungku Faqi— lahir pada tahun 1856. Dia merupakan anak seorang pejabat tinggi Kesultanan Aceh Darussalam yang ibunya juga seorang ulama tersohor pada masanya.

Teungku Fakinah yang menjadi cikal bakal penamaan masjid tersebut merupakan rekan seperjuangan Cut Nyak Dhien, istri Teuku Umar. Dia juga penasehat spiritual Cut Nyak Dhien, pahlawan wanita asal Aceh lainnya.

Teungku Fakinah merupakan Panglima Sukey (Resimen) Fakinah, yang di dalam resimennya terdiri dari empat balang (batalion). Batalion-batalion ini terdiri dari pendekar-pendekar wanita yang tangguh dan tak pernah menyerah kepada Belanda.

Rasa cinta kepada Islam dan tanah air, Kesultanan Aceh Darussalam lah yang membuat Resimen Fakinah ini terus bertahan dari gempuran Belanda pada invasi masa lalu. Teungku Fakinah bahkan pernah menantang perang Teuku Umar ketika suami Cut Nyak Dhien itu bersekutu dengan Belanda.

…Saya harap kepada Cut Nyak agar menyuruh suaminya, Teuku Umar, untuk memerangi wanita-wanita yang telah siap menanti di Kuta Lamdiran (markas Sukey Fakinah), sehingga akan dikatakan orang bahwa dia adalah panglima berani, Johan Pahlawan seperti yang digelarkan musuh kita Belanda…” tulis Teungku Fakinah dalam sepucuk surat yang dititipkan pada Do Karim untuk Cut Nyak Dhien.

Surat itu sengaja ditulis Teungku Fakinah untuk menyadarkan Teuku Umar dan memantik semangat patriotisme Cut Nyak Dhien.

Tengku Fakinah merupakan seorang ulama besar dan pendidik Islam di Aceh Besar. Sebelum peperangan pecah antara Aceh dengan Belanda, dia telah membangun dayah di Lamdiran.

Suaminya merupakan seorang perwira muda yang juga ulama di Aceh. Mereka berkenalan di tempat pendidikan militer. Namanya Tengku Ahmad. Sebelum perang pecah, suami isteri ini mengajar di pusat pendidikan Islam Dayah Lampucok yang dibangun oleh ayah Fakinah.

Pada saat Belanda memulai agresinya terhadap Aceh pada tahun 1873, suami Fakinah, perwira muda Teungku Ahmad ikut bertempur di medan perang Pantai Cermin (Ulee Lheue) di tempat Belanda mendarat. Dalam pertempuran itu, Teungku Ahmad syahid.

Setelah suaminya syahid, Fakinah mengadakan kampanye perang di tengah-tengah kaum wanita. Atas izin Sultan, kemudian Fakinah membentuk pasukan dalam tingkat sukey (resimen) yang diberi nama Sukey Fakinah. Sukey ini terdiri dari empat balang (batalion) dan diisi oleh seluruh pejuang wanita. Dia sendiri menjabat sebagai Panglima Sukey Fakinah.

Di antara empat balang yang menjadi kelengkapan Sukey Fakinah, ada satu balang (batalion) yang seluruh prajuritnya terdiri dari wanita. Sementara balang-balang lain ada pula kawan (kompi) atau sabat (regu) yang komandan dan prajuritnya wanita.

Keempat balang yang berada di bawah pimpinan Fakinah yaitu; Balang Kuta Cotweu, Balang Kuta Lamsayun, Balang Kuta Cotbakgarot, Balang Kuta Bakbale.

Teungku Fakinah dengan sukey-nya ikut bertempur di medan perang dalam wilayah Aceh Rayek. Setelah 10 tahun perang Aceh berlangsung, dia ikut bergerilya bersama Sultan Muhammad Daud, Tuanku Hasyim Bangta Muda, Teungku Muhammad Saman Tiro, dan tokoh lainnya di pedalaman Aceh.

Tengku Fakinah meninggal di tahun 3 Oktober 1933 dalam keadaan renta. Dia dimakamkan di dalam Maqbarah Lamdiran.

Sosok kepahlawanan Teungku Fakinah tidak lekang dimakan usia. Salah satu rumah sakit swasta yang terletak di Geucheu Iniem, Banda Aceh memakai namanya menjadi Rumah Sakit Teungku Fakinah. Selain itu, nama besar Teungku Fakinah juga dipakai sebagai nama lembaga pendidikan Akademi Keperawatan Yayasan Tengku Fakinah yang didirikan pada tahun 1991.

Masjid Tuha Teungku Fakinah
Foto: teuku aufaq/acehinfo. Id

Selain itu, warga Kemukiman Lamkrak juga masih memelihara Masjid Teungku Fakinah yang ada di kompleks pengajian ulama wanita tersebut. Masjid itu kini masih dapat dijumpai di sana. Pemandangan areal persawahan menghadang muka bangunan masjid tuha tersebut. Namun, masjid ini seiring zaman telah mengalami beberapa renovasi. Salah satunya adalah lantai yang kini dipasangi keramik.

Areal sekitar masjid terlihat rindang. Beberapa pepohonan tumbuh subur di sana. Antara pepohonan itu adalah batang kelapa dan berbagai perdu yang menjadi saksi bisu kemegahan kompleks tersebut di masa lalu.[]

spot_img

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

INDEKS