JAKARTA|ACEHINFO-Meski minat anak muda terhadap politik di tanah air meningkat, namun minta kalangan generasi muda untuk terjun ke dunia politik lewat partai politik disebut masih sangat rendah. Hal itu berdasarkan Hasil survei yang dirilis Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada Senin (26/9).
Menurut hasil survei CSIS, pada pemilu 2014, sebanyak 85,9 persen anak muda berpartisipasi dalam pemilihan umum. Sementara di 2019 naik menjadi 91,3 persen.
Jumlah suara yang tertarik sebagai anggota legislatif sebanyak 14,6 persen dan yang tertarik menjadi kepala daerah 14,1 persen. Sedangkan jumlah responden tersebut yang tergabung dan tertarik menjadi anggota partai hanya 1,1 persen.
Meskipun political interest tinggi, tapi ketertarikan menjadi anggota parpol rendah sekali (1,1%),” papar Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS Arya Fernandes, dalam pemaparan hasil survei mereka.
Menurut Arya, seharusnya dengan minat para anak muda terhadap politik yang tinggi, keinginan untuk bergabung dengan partai politik.
“Padahal asumsinya kalau ingin jadi DPR atau kepala daerah tinggi, keikutsertaan parpolnya tinggi, tapi ini enggak. Berarti ada lubang yang harus diperbaiki,” tambahnya.
Surevei itu dilakukan dengan mengambil sampel penduduk Indonesia berusia 17 sampai 39, yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Ada 1.200 responden yang diikutkan dalam survei yang dilakukan pada periode 8 sampai 13 Agustus 2022.
Metode yang digunakan multistage random sampling dengan proses wawancara. Data yang valid untuk dianalisis sebesar 1.192 sampel dan margin of error survei sebesar +/- 2,84 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menyoroti temuan tersebut. Menurutnya, parpol adalah pencetak pemimpin untuk melahirkan para caleg dan calon kepala daerah, sebab UU pun mengatur hal tersebut.
“Parpol sebagai sumber pemimpin, juga bisa nyaleg kalau enggak punya partai. Sedangkan kita tahu 757 DPR RI menentukan nasib bangsa. Kalau kepala daerah, oke ada independen, tapi masih banyak dari parpol, jadi penting membangun sumber daya manusia dari parpol sendiri,” ungkapnya.
Sementara itu, anggota Komisi XI DPR Fraksi Golkar Puteri Anetta Komarudin mengatakan, banyak anak muda masih apatis karena merasa dijadikan jualan untuk pemilu.
Ia menambahkan, meski begitu anak muda harus banyak turun ke politik agar bisa menjadi pemain kunci dalam mengambil kebijakan.
“Mereka apatis karena merasa dijadikan jualan untuk pemilu, setelah pemilu selesai. Anak muda sering dipertanyakan mumpuni nggak duduk di kursi sehangat itu. Namun, mereka nanti bisa jadi pemain kunci pengambil kebijakan jika turut berpartisipasi di dalam.
Merasakan dinamika berdemokrasi dan sulitnya mengurus birokrasi,” ujar Puteri yang mewakili politikus muda dalam forum tersebut.[]