30.3 C
Banda Aceh
spot_img

TERKINI

Muslim Armas dan Jalan Pedang Memodernisasi Taman Iskandar Muda

MUSLIM ARMAS kini dipercaya untuk menjabat sebagai Ketua Pengurus Pusat Taman Iskandar Muda(TIM), organisasi payung sejumlah paguyuban serta komunitas orang Aceh di luar Aceh, khususnya di Jabodetabek. Banyak harapan dari para diaspora Aceh disandarkan ke pundak pria yang berasal dari Bereunuen Pidie ini.

Muslim adalah lulusan Institute Teknologi Bandung (ITB) yang kini menjadi salah seorang pengusaha Aceh di Jakarta yang dikenal memiliki jaringan yang luas. Saat ini, Muslim juga menjabat sebagai Ketua Umum Syarikat Alumni ITB.

Saat berbincang dengan AcehInfo pekan lalu, Muslim banyak bercerita mengenai visi dan misi serta program yang akan dilakukannya dalam memimpin paguyuban orang Aceh di Jabodetabek yang telah berdiri sejak 1950 ini, hingga tahun 2026 mendatang.

Berikut petikan perbincangannya:

Apa program prioritas yang akan dijalankan pengurus TIM yang anda pimpin beberapa tahun ke depan?

Bicara jangka pendek, tentunya semua hal yang semua yang telah berjalan dengan baik tentu kita pertahankan dan kita lanjutkan. Misalnya kegiatan buka puasa bersama, penyaluranzakat,infaq, sedekah, pemberian beasiswa, itu tentu pasti akan kita pertahankan. Bahkan kalau bisa kita tingkatkan.

Kemudian untuk program jangka menengah, kita berencana menggelar even bersama yang sudah lama tidak kita lakukan. Ditambah lagi dengan pandemi, sehingga cukup lama lah kita absen. Misalnya dalam bentuk turnamen-turnamen olahraga, ini untuk mengikat hati para organisasi lokal, sektoral, cabang TIM yang ada. Kemudian juga even hari-hari besar seperti Maulid, kemudian halal bi halal, kita coba bikin event bersama yang dapat menyatukan hati orang Aceh lah yang ada di perantauan ini.

Kita coba nanti kita buat, supaya ada rasa kebanggaan dari masing-masing perwakilan TIM yang ikut bertanding nanti. Ini untuk merajut kebersamaan, persatuan, rasa saling memiliki terhadap paguyuban ini.

Di luar itu bisa jadi kita buat event yang terkait dengan pariwisata di Aceh, atau budaya
Aceh kita bawa ke Jakarta supaya orang lain juga ingin melihat bagaimana budaya Aceh yang orisinil, yang sesungguhnya, ini bisa kita bawa budaya Aceh itu ke Jakarta ke pusat. Tapi bisa juga dari sini kita usahakan nanti kita bawa orang-orang di sini kita bawa ke Aceh. Tentu ini tidak mudah, perlu peran semua pihak. tidak hanya taman Iskandar Muda saja, tapi juga pemangku kepentingan yang ada di Aceh.

Muslim Armas Dan Jalan Pedang Memodernisasi Taman Iskandar MudaSelanjutnya kita ingin memondernisasi organisasi ini. Karena zaman kan sudah berubah, digitalisasi berkembang pesat, semua online sistem sekarang. kita juga ingin nantinya
cabang-cabang Taman Iskandar Muda bisa mengikuti perkembangan kekinian. salah satunya databese anggota. Saya banyak ditanya mengenai berapa jumlah orang Aceh di Jabodetabek ini.

Sangat sulit saya menjawabnya karena kita belum punya data yang lengkap. Karena itu harus kita mulai dulu, mulai dari pengurus dan semua anggotanya baik di pusat maupun di cabang, kalau bisa terdata. Sehingga kita tahu jumlah real orang Aceh yang ada di Jabodetabek ini.

Data ini juga terkait dengan kesejahteraan anggotanya. Sehingga nanti kita bisa tahu, apakah ini keluarga yang mampu, kurang mampu atau bagaimana, agar yang kurang mampu ini bagaimana penghatiannya dan segala hal lain yang kita bisa saling bantu membantu. Kupi (Keluarga Ureung Pidie) sudah memulainya dengan mendata berapa jumlah anak yatim di Jabodetabek. Sehingga kita tau saat ini ada sekitar 386 anak yatim-piatu Aceh di Jabodetabek ini.

Karena itu data ini penting. Mungkin kalau TIM yang melakukan pendataan, datanya mungkin bisa lebih lengkap lagi. Karena kita perlukan data ini, kalau kita tidak punya data berapa jumlah anak yatim, fakir miskin asal Aceh di Jabodetabek ini, bagaimana kita mengajak orang Aceh yang mampu di Jabodetabek ini untuk memberikan santunan kepada mereka. Harapan kita santunan-santunan itu bisa diberikan tiap bulan, bukan saat kegiatan Maulid saja kita berikan.

Selain itu kita juga ingin menyiapkan makam untuk orang Aceh. Supaya kalau ada orang Aceh yang tidak mampu untuk dimakamkan di Aceh, bisa langsung dimakamkan di pemakaman khusus orang Aceh yang kita rencanakan itu. Perlu juga kita bangun pesantren, agar nanti sekaligus merawat makamnya, agar anak-anak yatim-piatu Aceh di Jabodetabek ini dapat belajar di sana, dan ditampung di sana.

TIM Ini bisa jadi jembatan antara Aceh dan Pemerintah Pusat, program penting apa yang akan dilakukan TIM ke depan untuk memperkuat hubungan Aceh dengan pusat agar bermanfaat buat rakyat Aceh baik yang berada di Aceh maupun di Jabodetabek ini?

Peran tim itu memang jadi sangat besar untuk menjadi jembatan bagi Aceh dengan pusat. tapi yang utama saya kira kita perlu data terlebih dahulu agar kita bisa tahu langkah yang harus kita lakukan ke depan. Termasuk data para birokrat, pejabat, pengusaha dan lain-lain yang nantinya bisa kita bersinergi bersama untuk membangun Aceh. Kita akan rangkul semua kalangan ini.

Saya juga mengajak semua untuk masuk ke pengurus TIM saat ini. nantinya kita harapkan banyak yang akan duduk di struktur TIM dari ASN, maupun TNI-Polri juga kita libatkan dalam pengurus Taman Iskandar Muda, supaya peran menjembatani Aceh dengan pusat itu dapat terlaksana dengan baik sebagaimana harapan kita bersama. Jadi sebelum bicara mengenai menjadi jembatan bagi Aceh dan Jakarta, kita juga harus menyiapkan jembatan-jembatan kita juga untuk bisa mengakses ke kementerian-kemenenterian ini lewat orang-orang Aceh yang ada di di sana. Kita perlu duduk bersama untuk mengisi peran demi kemajuan Aceh.

Kita juga ingin ada semacam lembaga ting-tank yang memikirkan bagaimana Aceh ke depan. Mereka nantinya akan memilikirkan berbagai program untuk meningkatkan potensi daerah maupun sumber daya manusia di Aceh. Ini penting agar semuanya berfikir dan menjalankan peran bersama demi kemajuan Aceh ke depan. Para cerdik pandai, cendikia Aceh harus duduk di sini untuk memikirkan langkah-langkah strategis bersama untuk memajukan Aceh.

Di sisi lain, kami juga terus meningkatkan sinergi dengan Pemerintah Aceh. Tadi juga saya
baru saja bertemu dengan Wali Nanggroe yang sedang berada di Jakarta. Beliau memberikan amanah besar bagi TIM untuk saling bahu-membahu membangun Aceh dari luar Aceh lewat Taman Iskandar Muda ini.

TIM memiliki banyak cabang, sektoral, dan lain-lain. Bagaimana TIM mengayomi semuanya?

Kita usahakan lewat event bersama itu tadi, lewat event-envent itu kita bergotong-royong. Ke
depan ketika kita buat kegiatan, tidak pengurus pusat yang melaksanakan, tetapi semua
terlibat baik cabang, organisasi sektoral semua harus dilibatkan. sehingga mereka ada rasa
kebersaan. kalau kita melakukan kegiatan bersama kan kita bisa cepat akrab kan begitu.

Kedua rasa solidaritas yang harus kita bangun. seperti kepedulian terhadap anak yatim.
Bagaimana cabang atau organisasi sektoral yang mampu bisa membantu cabang-cabang yang kurang mampu untuk meningkatkan solidaritas kita sesama orang Aceh di perantauan ini. agar rasa persaudaraan yang kuat antara sesama Aceh itu bisa kita wujudkan.

Soal pengkaderan TIM ini bagaimana? Selama ini TIM hanya diisi oleh kelompok-kelompok orang tua, pejabat. Bagaiamana TIM mengayomi anak-anak muda Aceh yang mulai banyak berkarir di Jakarta?

Kalau soal pengkaderan TIM akhir-akhir ini dikelola oleh orang-orang Aceh yang bukan lahir
di Jakarta. Misalnya pak Mustafa Abubakar, pak Safri, Pak Surya. Ini mulai ke saya transisi
orang yang lahirnya bukan di Aceh tapi jauh juga dari Jakarta. Saya lahir di Medan tapi kita
sudah kenal dengan orang-orang Aceh juga. Kita harapkan juga seperti itu nantinya. Anan-anak Aceh nanti juga akan kita libatkan. Setiap program, kegiatan, jangan hanya orang tua-tuannya saja yang dilibatkan tapi juga anak mudanya diajak serta. biar saling kenal biar merasa saling memiliki juga.

Kalau kita setiap event anak-anak terlibat, anak-anak muda dibina, insyallah ini generasi penerus tim, inilah tugas saya, kalau ini bisa berjalan itulah saya harapkan TIM ke depan tidak lagi bergantung kepada orang-orang tua yang merantau dari Aceh.

Saya berusaha untuk merangkul semuanya, dengan kalangan muda saya juga coba masuk, misalnya meski secara umur saya sudah tidak muda lagi, saya minta mereka tidak panggil saya pak, tapi cukup panggil bang saja, agar tidak ada jarak antara kita. agar kita sama-sama berfikiruntuk membangun TIM dan Aceh ke depannya lebih baik. Jadi saya berusaha juga menjadijembatan, antara generasi saya yang tua-tua ini dengan kalangan anak muda Aceh yang ada di Jabodetabek ini.

Memang benar selama ini terkesan selama ini TIM ini organisasi orang tua,karena itu saya
ingin agar ke depan TIM ini tidak hanya dimiliki dan diurus oleh orang-orang tua tapi juga
anak-anak muda Aceh yang mau bersama-sama, memajukan organisasi ini dan Aceh pada khususnya.

TIM ini milik kita bersama. Kita harus hapus citra itu, meskipun belum tentu benar, agar
semuanya bisa berperan untuk memajukan organisasi ini. TIM harus dekat pula dengan kalangan milenial. seperti tadi lewat kegiatan olahrga, kita bisa buat pertandingan sesuai dengan kelompok umur dan lain sebagainnya. agar TIM ini bukan lagi milik orang tua, tapi untuk semua umur.

Terakhir apa pesan anda kepada masyarakat Aceh dan diaspora Aceh?

Yang paling penting menurut saya adalah persatuan. Kita harus bersatu, apa pun yang mau kita lakukan ke depan, kita inginnya kita bersatu. kalau tanpa persatuan, apa pun program dan yang saya katakan tadi itu tidak ada gunannya. atau ada hasilnya tapi kecil sekali lah.
apapun itu. Saya berharap kita yang berada di perantauan ini yang sudah Allah berikan banyak sekali nikmat, baik material, pengetahuan, wawasan dan semua hal lainnya harus kita manfaatkan sebesar-besarnya untuk Aceh untuk orang-orang Aceh yang ada di perantauan maupun di Aceh sendiri.

Satu kata kuncinya adalah persatuan. persatuan itu harus diperjuangkan. tidak bisa persatuan itu kita tunggu dari langit, tunggu Allah saja yang memberikan persatuan, tidak bisa. kitaharus ikhtiar, bekerja untuk itu. Kerja keras kita itu bagaimana kita bersatu.

Kita harus punya musuh bersama. Dulu kita punya Belanda sebagai musuh bersama, sekarang kita harus menjadikan kemiskinan, keterbelakangan sebagai musuh bersama kita agar seluruh kita orang Aceh itu bisa maju dan merdeka dari kemiskinan dan keterbelakangan. Kita sekarang termiskin di Sumatera, di Indonesia juga kita juga mungkin masuk lima besar provinsi miskin. itu harus kita lawan, kita perjuangkan, agar musuh bersama yaitu kemiskinan itu harus hilang dari bumi Aceh.

Jadi harapan saya jangan lagi lah sifat-sifat kita yang terpecah belah itu, gampang sekali
terprovokasi, terhasut, hal-hal yang memecah belah itu harus kita hapuskan. Saya berharap dari hati yang paling dalam, kita bisa bersatu. Saya yakin kalau kita bersatu Aceh akan bisa jaya kembali. Yakinlah kita bisa berbuat lebih banyak untuk Aceh.[]

 

spot_img

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

INDEKS