JAKARTA | ACEH INFO – Turunnya harga emas perhiasan ikut mempengaruhi penurunan inflasi. Secara tahunan, inflasi inti Mei 2022 tercatat 2,58% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan inflasi periode bulan sebelumnya yang sebesar 2,60% (yoy).
Kepala Departemen Komunikasi/Direktur Eksekutif BI, Erwin Haryono dalam rilis Bank Indonesia (BI) No.24/143/DKom menjelaskan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Mei 2022 mengalami inflasi sebesar 0,40% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat 0,95% (mtm).
Hal tersebut dipengaruhi oleh penurunan inflasi pada semua kelompok, yaitu inti, volatile food, dan administered prices. Secara tahunan, inflasi IHK Mei 2022 tercatat 3,55% (yoy), lebih tinggi dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 3,47% (yoy).
“Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna menjaga inflasi berada dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada 2022,” jelasnya.
Baca Juga: Pon Yahya Bendera Aceh Akan Segera Berkibar di DPRA
Erwin menambahkan, inflasi inti pada Mei 2022 tercatat 0,23% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi April 2022 yang sebesar 0,36% (mtm). Hal ini terutama dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas emas perhiasan seiring dengan pergerakan harga emas global.
Penurunan inflasi inti lebih lanjut tertahan oleh inflasi komoditas nasi dengan lauk akibat kenaikan harga bahan pangan. Secara tahunan, inflasi inti Mei 2022 tercatat 2,58% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan inflasi periode bulan sebelumnya yang sebesar 2,60% (yoy).
“Inflasi inti tetap terjaga di tengah permintaan domestik yang meningkat, didukung stabilitas nilai tukar yang terjaga, dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi,” tambahnya.
Baca Juga: Dirut Bank Aceh Raih Indonesia Financial Top Leader Awards
Sementara itu kelompok volatile food pada Mei 2022 mengalami inflasi 0,94% (mtm), menurun dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 2,30% (mtm). Penurunan tekanan inflasi volatile food tersebut terutama dipengaruhi oleh deflasi minyak goreng seiring dengan implementasi kebijakan larangan sementara ekspor pada komoditas crude palm oil (CPO) dan produk turunannya.
Lebih rendahnya inflasi volatile food juga disebabkan oleh deflasi daging ayam ras dan aneka cabai sejalan dengan normalisasi permintaan pangan setelah perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi 6,05% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 5,48% (yoy).
Kelompok administered prices pada Mei 2022 mencatat inflasi 0,48% (mtm), menurun dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 1,83% (mtm). Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh deflasi tarif angkutan antarkota seiring normalisasi pasca-HBKN. Penurunan inflasi lebih lanjut tertahan oleh inflasi tarif angkutan udara seiring dengan pengenaan fuel surcharge oleh maskapai. Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi 4,83% (yoy), stabil dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya.[]