27.5 C
Banda Aceh
spot_img

TERKINI

Perang Aceh dan Mistik Pawang Rimueng

Pemerintah Kolonial Belanda mengakui banyak mistik dalam perang Aceh, hal yang membuat pejuang Aceh susah untuk ditaklukkan. Salah satunya tetang keterlibatan pawang rimueng, pria yang akrab dengan harimau dan bintang hutan lainnya. Dalam satu kelompok pejuang Aceh selalu ada satu atau dua orang pawang rimueng.

Hal itu pula yang kemudian menarik perhatian HC Zentgraaff, mantan redaktur surat kabar Java Bode yang terbut di Batavia. Ia datang ke Aceh mencari tahu dan membuat reportase perang dan keberadaan pawang harimau tersebut. Ia berhasil menemukan salah satu pawang harimau itu di Daya di bagian barat Aceh.

Dalam buku Atjeh HC Zentgraaff mengungkapkan keganjilan-keganjilan dari pawang harimau tersebut, kemampuannya menjinankkan harimau liar mengalahkan kempuan pawang harimau di sirkus-sirkus Eropa. Tentang itu ia menulis:

Kalau saya ceritakan mengenai pekerjaan pawang harimau, maka kita akan menggelengkan kepala. Mereka jauh lebih mengenal kebiasaan-kebiasaan dan sifat dari harimau serta badak, dibandingkan dengan apa yang terjadi dalam semua buku barat.”

Baca Juga: Pembantaian di Blang Jeurat

Pawang harimau Aceh mendapat ilmu menjinakkan binatang buas itu secara turun temurun, dan untuk itu mereka sering hidup mengembara dalam hutan bersama binatang liar. Mereka sangat dihormati dalam masyarakat, pekerjaan utama mereka adalah mengusir harimau-harimau liar yang turun ke pemukiman penduduk untuk memangsa ternak, menghelanya kembali ke hutan.

Tapi kemudian dalam perang kolonial Belanda di Aceh, keberadaan pawang harimau menjadi lebih spesial. Mereka menjadi pemandu di hutan. Menangkap harimau untuk diambil hatinya. Para pejuang Aceh sering diberikan makanan berupa sepotong hati harimau karena itu pria-pria pejuang Aceh memiliki sifat buas dan beringas dalam perang menyerupai sifat-sifat harimau.

Tapi HC Zentgraaff mengaku hanya mendapat informasi yang sangat sedikit tentang keberadaan para pawang harimau dalam perang Aceh tersebut. Pawang haimau yang ditemuinya tak mau berbicara banyak,  karena itu menyangkut dengan rahasia, mistik, jampi-jampi dan formula-formula tertentu, yang tak akan bisa dipahami oleh kebanyakan orang, apa lagi orang Belanda seperti dirinya.

Baca Juga: Perang Aceh dan Kisah Kematian Calon Pengantin Belanda

Untuk menjadi pawang harimau, seseorang dipersiapkan dari kecil, biasanya ilmu untuk menaklukkan harimau itu diwariskan secara turun temurun dari satu pawang harimau kepada anak atau kerabatnya. Mereka dari kecil diajari dan mempelajari kebiasaan harimau, mengembara dalam hutan dan mempelajari ilmu kebatinan.

HC Zentgraff benar-benar penasaran dengan kemampuan pawang harimau Aceh. Apa lagi ketika ia mendengar cerita bahwa kuburan-kuburan ulama di Aceh juga dijaga oleh harimau atas kodrat dan kekuatan ghaib. Ia mencontohkan tetang kuburan Teungku Cot Bada di Geulumpang Payong, Pidie yang menurut penuturan banyak orang dijaga oleh dua harimau secara bergantian, harimau-harimau itu biasanya dilihat penduduk di kuburan ulama itu saat menjelang senja dan setelah magrib.

Salah satu pawang harimau yang paling terkenal dalam sejarah perang Aceh dengan Belanda adalah Raja Tampeu dalam pasukan Cut Meutia di kawasan Keureutoe Aceh Utara. Pang Nanggroe suami Cut Meutia dan pasukannya bisa bergerilya dalam belantara karena ada Raja Tampeu sang penakluk harimau.

Baca Juga: Kisah Belanda Membuat Sayembara Kepala Teuku Umar

Malah, ketika Cut Meutia dan Pang Nanggroe syahid dalam perang, Raja Tampeu yang mengasuh Raja Sabi putra Cut Meutia dalam hutan belantara menghindari kejaran pasukan marsose Belanda. Raja Sabi tetap hidup dari satu belantara ke belantara lainnya menjadi simbol perjuangan rakyat Keureutoe. Selama putra Cut Meutia itu masih hidup perang di wilayah Keureutoe tak pernah reda. Dan itu semua bisa terjadi karena Raja Tampeu si pawang harimau yang mengasuhnya dalam rimba.[]

spot_img

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

INDEKS