29.5 C
Banda Aceh
spot_img
spot_img

TERKINI

POPULER

Pon Yaya “Tanggy Buloh” dari Pemanggul Senjata Diusul Jadi Ketua DPRA

BANDA ACEH | ACEH INFO – Namanya Saiful Bahri. Di mata kombatan dia dikenal dengan sebutan Tanggy Buloh. Selain itu, pria tersebut juga akrab dipanggil Pon Yaya.

Semasa konflik, Saiful Bahri merupakan petinggi di jajaran kemiliteran Tentara Nanggroe Aceh (TNA) Acheh Sumatra National Liberation Front (ASNLF). Organisasi tersebut di dalam negeri kerap dilakap Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pimpinan almarhum Hasan Muhammad di Tiro.

Tanggy Buloh menjadi sandi Saiful Bahri di kalangan GAM. Belum diketahui dari mana nama sandi itu berasal. Namun, sudah lazim bagi kalangan kombatan memiliki nama lain di masa konflik seperti halnya Saiful Bahri.

Dia merupakan Komandan Pasukan Rimueng Tapa dan Wakil Komandan Kompi A0015 DII Wilayah Samudera Pasai. Jabatan tersebut diembannya sejak akhir tahun 2003 hingga GAM berdamai dengan Republik Indonesia tahun 2005.

Tanggy menjabat sebagai komandan pasukan setelah setahun kepergian Panglima GAM, Tgk Abdullah Syafiie. Saat itu, pucuk militer GAM dijabat oleh Muzakir Manaf yang akrab disapa Mualem.

Setelah Aceh damai, Saiful Bahri cenderung disapa Pon Yaya. Dia pun banting setir dari mengangkat senjata ke bidang perkebunan sawit dan karet. Usaha itu berhasil. Pon Yaya berubah wujud menjadi pengusaha tenar di kalangan mantan kombatan GAM.

Namun, Pon Yaya tidak menikmati hasil usaha itu sendiri. Dia turut mengajak rekan seperjuangan dan masyarakat untuk menikmati kesuksesannya berkebun sawit dan karet tersebut.

Sebagai seorang pejuang kemerdekaan, dia kemudian dikenal sebagai seorang dermawan. Sosok Pon Yaya disebut-sebut sering membantu masyarakat miskin dan kaum dhuafa. Dia bahkan dikenal sebagai seorang pria yang begitu peduli dengan lembaga pendidikan agama, seperti dayah dan balai pengajian.

Di masa Aceh damai pula, pucuk pimpinan Komite Peralihan Aceh (KPA) mempercayakan sejumlah jabatan kepada Pon Yaya. Dia diangkat sebagai Panglima Sagoe Tgk Sjik Di Buloh pada tahun 2011. Dua tahun setelah itu, Pon Yaya kembali dipercaya menjabat Keuangan KPA DII hingga tahun 2014.

Dia juga pernah menjabat sebagai Dan Ops DII KPA pada tahun 2014.

Sebagaimana diketahui, KPA adalah organisasi peralihan GAM di masa damai. Komite ini beranggotakan mantan kombatan GAM di bawah komando Muzakir Manaf.

Setelah dipercaya memegang jabatan penting itu, Pon Yaya kemudian mengundurkan diri pada 16 Agustus 2016. Pon Yaya pada saat itu beranggapan masih dapat berbuat dan membantu masyarakat serta rekan-rekan seperjuangan tanpa harus menjadi pejabat penting di lingkaran KPA.

Pon Yaya “Tanggy Buloh” dari Pemanggul Senjata Diusul Jadi Ketua DPRAKarena yang ulon pubuet silama njoe adalah njan butoi-butoi ikhlas loen karena Allah kon karena na neuduek/pangkat njang ureung droneuh bi. Perdjuwangan njoe adak hana neuduek/jabatan pih djeut sjit ta pubuet… (Karena apa yang saya lakukan selama ini adalah karena rasa ikhlas terhadap Allah bukan karena adanya pangkat atau jabatan yang diberikan. Perjuangan ini meskipun tidak ada pangkat atau jabatan pun masih bisa kita lakukan…),” tulis Pon Yaya di akun Facebooknya beberapa tahun silam.

Pon Yaya dalam catatannya pada masa itu mengaku ingat betul dengan tanggal 16 Agustus. Pasalnya, pada tanggal tersebut di tahun 1999, keluarganya pernah membuat kenduri tujuh hari karena menganggap Saiful Bahri telah meninggal dunia. Padahal saat itu dirinya sempat diciduk oleh pasukan Linud 100 TNI AD di Simpang Tiga pada 9 Agustus 1999.

Sikapnya yang seperti itulah membuat Pon Yaya menjadi populis di kalangan warga Aceh Utara dan Lhokseumawe. Ini pula yang membuat Pon Yaya berhasil meraup suara terbanyak untuk DPRA dari Partai Aceh pada Pileg 2019 lalu.

Saat Pon Yaya terpilih menjadi anggota DPRA, ratusan pendukung mengantarnya ke Jalan Daud Beureueh. Dia turut ditemani Hayna, anak sulungnya pada hari itu. Saiful Bahri pada saat dilantik sebagai anggota DPRA berstatus duda lima anak. Istrinya, Nova, sudah lama meninggal dunia.

Pria kelahiran Cot Seutuy, Aceh Utara ini semasa menjadi anggota DPRA pun diampu menjadi anggota Badan Anggaran dari Fraksi PA. Selain itu, Fraksi PA juga mempercayakannya menjabat sebagai Sekretaris pada Komisi I Bidang Hukum Politik dan Pemerintahan DPRA.

Setelah 2,5 tahun menjadi anggota DPRA, Partai Aceh kini mengusul pria kelahiran 17 Juli 1977 tersebut menjadi Ketua DPRA mengganti posisi Dahlan Jamaluddin. Surat usulan itu baru saja diserahkan Juru Bicara Partai Aceh, Nurzahri, kepada pimpinan DPRA Hendra Budian dan Dalimi.

Nama Saiful Bahri kemudian menjadi pilihan pimpinan DPA Partai Aceh setelah fit and proper test dilakukan. “Pimpinan sendiri memilih Saiful Bahri sebagai pengganti Dahlan Jamaluddin untuk sisa jabatan 2,5 tahun ke depan,” kata Nurzahri.[]

spot_img
Kontributor :DBS

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

TERKINI