25.5 C
Banda Aceh
spot_img

TERKINI

Sosok Abu Husam Haniyeh Muazin Tertua di Jalur Gaza

BANDA ACEH | ACEH INFO – Abu Husam Haniyeh tidak menyangka hidupnya bakal panjang dan namanya dikaitkan dengan masjid kuno nan agung di Palestina. Dia kini menjadi muazin tertua di Masjid Agung Omari di Kota Gaza.

Pria berusia 85 tahun itu masih ingat beberapa dekade lalu, saat pertama dirinya mengangkat mikrofon di Masjid Omari dan mengumandangkan azan. Hal tersebut dilakukannya Abu Husam Haniyeh setelah mendapat izin dari muazin resmi masjid tersebut.

Menapaki karir sebagai relawan, dia pun kemudian betah mengumandangkan azan di masjid kedua tertua setelah Masjid Al Aqsa itu.

“Itu adalah pengalaman luar biasa yang tidak akan pernah saya lupakan, dan setelah kematian Abu Al-Said, saya menggantikannya sebagai muazin resmi,” kata Abu Husam Haniyeh seperti dikutip dari Arab News, Selasa, 5 April 2022.

Dilansir republika.co.id, Haniyeh tetap menjadi sukarelawan, menyuarakan adzan untuk shalat lima waktu, sampai berdirinya Otoritas Palestina pada tahun 1994. Gaji yang ia terima pada catatan muazin di Kementerian Wakaf, sekitar 155 dolar AS atau Rp 2.222.080.

“Aku tidak mencari pahala di dunia, karena pahala muazin ada di sisi Allah SWT dan pahalanya besar di hari kiamat. Kami muadzin, merupakan suara Tuhan di muka bumi, kami menyeru manusia untuk beribadah dan meninggalkan kenikmatan hidup ini,” ujar dia.

Sepanjang hari, ia tinggal di Masjid Omari, yang bersebelahan dengan rumahnya di lingkungan kuno Al-Daraj, Gaza tua. Dia tidak pergi keluar, kecuali untuk waktu-waktu terbatas yang dia habiskan bersama keluarga.

Dia menyebut menemukan kenyamanan di dalam masjid, terutama selama bulan Ramadhan. Di momen ini, dia akan menghabiskan waktu dengan membaca Alquran dan bertukar percakapan dengan orang lain dari generasinya, mengingat kenangan masa lalu.

Haniyeh berasal dari keluarga pengungsi yang terpaksa meninggalkan Jaffa selama tragedi Nakba 1948. Setelahnya, ia tidak kembali ke sekolah dan keluarganya mencari perlindungan di Kota Gaza.
Setelah kepindahannya, ia lantas bekerja sebagai tukang kayu, menikah dan memiliki tiga putra dan tiga putri. Ia menyebut ingin kembali ke Jaffa dan mengumandangkan adzan di Masjid Al-Aqsha yang diberkahi.

“Saya ingat semuanya dari hari-hari ketika di Jaffa, rumah yang biasa kami tinggali, perjalanan ayah dengan kereta api ke Mesir dan dari sana ke Arab Saudi untuk menunaikan haji, meriam buka puasa, banyak teman kami dulu. Kami bersenang-senang dan bermain bersama di gang-gang dan di pantai,” kata dia.

Hubungan Haniyeh dengan Masjid Omari selama beberapa dekade telah membuatnya menjadi ahli dalam sejarah masjid. Ini adalah masjid tertua kedua di Palestina yang bersejarah setelah Masjid Al-Aqsha, sekaligus terbesar ketiga setelah Masjid Al-Aqsha dan Ahmed Pasha Al-Jazzar di kota Acre.

Masjid ini dapat menampung sekitar 5.000 jamaah, yang mencapai puncaknya di bulan Ramadhan, terutama selama sepuluh malam terakhir bulan ini. Luas Masjid Omari adalah 4.100 meter persegi.

Bangunan pertama yang didirikan di situs ini, sebagai kuil pagan, berusia sekitar 3.700 tahun. Itu tetap demikian sampai Romawi mendirikan “Gereja Porphyrios” di atas reruntuhannya setelah pendudukan mereka di Levant pada tahun 407 M.

Gereja tetap ada sampai penaklukan Islam atas Gaza pada 634 M, ketika mayoritas warga Gaza masuk Islam, kecuali beberapa yang tetap menjadi Kristen.

Disepakati antara penduduk untuk membangun sebuah masjid di area yang lebih besar dari situs, serta sebuah gereja untuk minoritas Kristen di area yang lebih kecil. Bangunan itu masih ada sampai sekarang dan menyandang nama yang sama dengan Gereja Ortodoks Saint Porphyrios.[]

spot_img

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

INDEKS