Masjid Teungku Di Anjong merupakan salah satu masjid tertua di Banda Aceh. Saban hari ramai orang yang berkunjung, bukan hanya untuk beribadah, tapi untuk ziarah dan melepas nazar.
Masjid Teungku Di Anjong berada di desa Peulanggahan, Kecamatan Kutaraja, Kota Banda Aceh. Meski sudah berusia ratusan tahun, masjid ini tidak rusak ketika dihumbalang gelombang tsunami pada 26 Desember 2004 silam.
Dinamai Masjid Teungku Di Anjong karena di sisi selatan masjid ini terdapat kuburan ulama besar Aceh tempo dulu Sayyid Abubakar bin Husein Bilfaqih yang bergelar Teungku Di Anjong. Di sisi kuburannya juga terdapat makam istrinya. Kedua makam itu berada dalam satu bangunan tertutup.
Masjid Teungku Di Anjong dibangun pada 1769 oleh Sayyid Abubakar bin Husein Bilfaqih, ulama besar asal Hadramaut, Yaman. Ia bertualang ke Asia Tenggara dan menetap di Aceh, menyebarkankan Islam. Ada pula yang mengatakan bahwa ulama tersebut didatangi dalam mimpi oleh Rasulullah SAW untuk menyiarkan Islam ke Nanggroe Aceh.
Baca Juga: Masjid Tuha Teungku Fakinah
Semasa Sultan Alaudin Mahmudsyah (1760-1781) memimpin Kesultanan Aceh Darussalam, Sayyid Abu Bakar dijuluki oleh masyarakat Aceh sebagai Tengku di Anjong. Ada yang menyebut nama Anjong berasal dari kata sanjungan yang di Aceh-kan. Ya, ia sering disanjung dan sangat dimuliakan oleh masyarakat, sebab memiliki akhlak yang baik dan alim. Versi lain adalah Tengku di Anjong berasal dari kata anjungan rumah. Menurut cerita warga sekitar, Sayyid Abubakar sempat tinggal di anjungan rumah mertuanya setelah menikahi anak seorang hulubalang di Uleekareng, Banda Aceh.
Sebuah catatan menyebutkan, Sayyid Abu Bakar hijrah ke Aceh pada 1642 M (lainnya menyebut 1742). Dia diutus dari Yaman ke Asia Tenggara untuk menyebar Islam. Pada saat bersamaan, dua ulama seangkatannya juga ditugaskan untuk mengembara ke India dan Mesir.
Sayyid Abubakar menjalankan misi dakwah dari Aceh. Ia bermukim di Peulanggahan, kawasan dulu masuk dalam Kompleks Kandang Aceh atau perkampungan Kesultanan Aceh. Peulanggahan berasal dari kata persinggahan. Kampung ini terletak di sisi barat Krueng Aceh, tempat yang sering disinggahi para pengembara yang melintasi Selat Malaka dulu.
Pada sisi lain masjid kita akan melihat dua makam yakni makam Teungku di anjong yang sudah dirawat di sebelahnya terdapat makam istri asal Yaman yakni Syarifah Fathimah Binti Sayid Abdurrahman Al Aidid dengan nama lain Aja Esturi, juga terdapat banyak makan pengikut lainnya.
Baca Juga: Mengenal Bhoi Bolu Khas Aceh Makanan Warisan Bangsawan
Nama Teungku di Anjong begitu mulia di mata masyarakat Aceh, juga di negeri asalnya para wisatawan berziarah berdoa bermunajat bahkan ada yang menitikkan air mata bernazar dengan penuh khusyuk.
Setiap tahunnya pula masyarakat mengadakan kenduri rutin setiap 14 Ramadhan untuk mengingat wafatnya teungku di Anjong. Di tengah pandemic Covid-19 masjid tetap terbuka bagi siapapun dengan mengikuti profesi yang berlaku, dan pembatasan sosial.
Anisa, salah seorang penziarah yang tergolong serring mengunjungi masjid Teungku di Anjong, menurutnya banyak peziarah yang datang mengunjungi masjid sembari berziarah dan mengaji.
“Ini merupakan makam ulama, saya pikir kalau wisatawan yang datang ke sini hanya untuk ibadah akan lebih baik apabila mereka berziarah,” ujar peziarah asal Aceh Barat Daya (Abdya) tersebut.[]
PEWARTAÂ Â Â : HELENA