26.4 C
Banda Aceh
spot_img

TERKINI

Jembatan Desa Ancam Keselamatan, Warga Harap Perhatian Pemerintah

IDI RAYEUK | ACEH INFO – Material dasar jembatan itu terdiri dari tiga set besi hot rolled atau H Beam bekas. Disusun berdekatan, kemudian disangga dengan dua batang bambu berukuran besar sebagai tiang pancang yang juga berfungsi agar besi-besi itu tidak bergeser ke kanan atau ke kiri. Sebilah balok kemudian diikatkan di dua batang bambu itu yang berfungsi sebagai penahan beban.

Besi-besi H Beam ini memang langsung diletakkan di atas tanah, tidak menggantung sepenuhnya di atas balok apalagi dua batang bambu itu. Sementara panjang besi H Beam bekas ini diperkirakan mencapai 12 meter.

Di kiri dan kanan susunan tiga besi H Beam itu sama sekali tidak memiliki pagar selayaknya jembatan. Namun, warga kerap memanfaatkan tiga unit besi ini sebagai jembatan darurat yang dibangun secara swadaya pada 26 Desember 2021 lalu. Tapak jembatan darurat itu juga tidak laik dilintasi lantaran tidak rata. Seperti diketahui, besi H Beam memiliki kuping di kiri dan kanan seukuran 100 mm x 100 mm. Hal inilah yang dikhawatirkan rawan kecelakaan bagi pelintas yang menggunakan sepeda motor.

Jembatan itu dapat ditemui di Dusun Lipah, Gampong Buket Bata, Kecamatan Pante Bidari, Aceh Timur. Warga membangun jembatan itu agar dapat melintas di atas sungai selebar 12 meter dengan kedalaman sungai diperkirakan 10 meter.

Meskipun rawan kecelakaan, tetapi pemerintah seakan tutup mata dengan kondisi jembatan tersebut. Hal ini disampaikan oleh Abu Bakar atau akrab disapa Abu, salah satu warga Buket Bata.

Abu khawatir jika jembatan itu tidak segera diperbaiki, maka akan memakan korban. Kondisi jembatan yang tidak laik tersebutpun menurutnya sudah sering diberitakan. Namun, pemerintah setempat belum meresponnya.

“Kami tidak pernah meminta lebih kepada pemerintah, hanya saja hak dan kewajiban mereka sebagai pemerintah untuk menjamin keselamatan kami di pedalaman, seperti jembatan yang ada di desa kami ini, kondisinya sudah sangat membahayakan,” ujar Abu.

Menurutnya Aceh memiliki dana yang besar untuk pembangunan daerah. Dana tersebut tidak hanya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) saja, juga dari Otonomi Khusus. Selain itu, pemerintah juga telah mengucurkan anggaran dana desa untuk membantu pembangunan di gampong-gampong seperti Buket Bata. Namun, sayangnya dana pemerintah itu belum menyentuh pembangunan di desa mereka.

“Pemerintah yang kami pilih terkesan tidak punya nurani, sebelum (terpilih) dan sesudah (terpilih) jauh berbeda,” kata Abu.

Abu khawatir jika jembatan itu tidak kunjung diperbaiki, maka akan berjatuhan korban. Apalagi kondisi jembatan darurat kian parah. Jembatan tersebut menurutnya juga sangat berbahaya jika dilintasi pada malam hari. Padahal jembatan ini menjadi akses penghubung warga desa di Kemukiman Kuta Dayah.

”Kondisi kayu yang lapuk dan besi yang mulai berpatahan akibat berkarat dimakan usia,” kata Abu dengan nada kesal.[]

WARTAWAN: ZAKARIA

spot_img

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

INDEKS