BANDA ACEH | ACEH INFO – “Untuk saudara Muslim. Di negara kami, kamu tidak akan pergi ke surga. Anda tidak akan diizinkan masuk surga. Pulanglah. Di sini Anda akan menghadapi masalah, terima kasih atas perhatian kalian,” ujar seorang pria yang menggunakan seragam militer.
Pria itu, seperti terlihat dalam tayangan video, terus melumuri peluru-pelurunya dengan benda yang disebut lemak babi. Video tersebut kemudian dipublikasi oleh situs berita aljazeera berbahasa Inggris dalam akun instagramnya.
Dalam tayangan video tersebut, disebutkan para pria itu merupakan pejuang Ukraina dari Batalion Azov. Batalion ini merupakan pasukan relawan Ukraina yang beraliran sayap kanan jauh. Mereka merupakan kelompok ultra-nasionalis yang dituduh menyembunyikan ideologi neo-NAZI dan supremasi kulit putih.
Dikutip dari detik.com, petempur Azov pertama kali bertempur bersama militer Ukraina dalam konflik melawan sparatis pro-Rusia pada tahun 2014 lalu. Pasukan ini kemudian dimasukkan dalam Angkatan Bersenjata reguler Ukraina sejak konflik tersebut.
Peluru-peluru tersebut menurut caption di video itu bakal “dihadiahkan” kepada para muslim Checnya yang ikut bergabung bersama tentara Rusia.
Seperti diketahui, perang antara Rusia dengan Ukraina kini telah melibatkan banyak pihak. Di barisan Ukraina, beberapa negara NATO dan Amerika Serikat bahkan turut memberikan dukungan logistik militer guna menghadapi serangan Rusia.
Dilansir dari CNBC Indonesia, AS disebutkan akan mengirimkan amunisi dan senjata serta 8.500 pasukannya mendekati Ukraina. Nilai bantuan militer dari Negeri Paman Sam itu bahkan disebutkan mencapai US$ 350 juta atau setara Rp 5 triliun.
Selain AS, Belanda juga memutuskan untuk mengirimkan amunisi serta alat perlindungan canggih seperti helm, rompi dan juga misil anti serangan udara ke Ukraina. Jerman yang sudah lama mengambil sikap untuk tidak terlibat dalam perang karena trauma atas kebijakan Hitler di masa lalu, juga ikut mengirimkan seribu senjata antitank dan 500 rudal penyengat ke Ukraina.
Ukraina juga mendapat bantuan dari Polandia yang ikut mengirim konvoi dengan amunisi ke negara itu. Lithuania, Australia, dan Uni Eropa juga akan mengirimkan bantuan untuk Ukraina guna mengatasi serangan Rusia.
Hal berbeda dilakukan Presiden Chechnya, Ramzan Kadyrov. Dia justru mengatakan akan mengirimkan tentara muslim Chechnya ke Ukraina untuk membantu militer Rusia. Beberapa sumber mengatakan, jumlah pasukan Chechnya yang dimobilisasi ke Ukraina mencapai 12.000 orang.
Apa yang dilakukan Ramzan Kadyrov ini tentu membuat banyak pihak terkejut. Apalagi Kadyrov pernah melakukan pemberontakan terhadap Rusia beberapa waktu lalu. Namun kini, Kadyrov telah menjadi sekutu Putin. Perang di Ukraina juga telah merenggut beberapa tentara Chechnya, termasuk Jenderal Magomed Tushaev.
Dukungan terhadap sikap Rusia juga disampaikan Belarusia. Negara itu berbatasan langsung dengan Rusia. Pun begitu, Presiden Belarus Alexander Lukashenko menyangkal bahwa pasukannya ikut-ikutan dalam perang Rusia vs Ukraina.
Apa yang dilakukan Putin terhadap Ukraina juga mendapat dukungan dari junta militer Myanmar dan Suriah. Begitu pula dengan Venezuela, Kuba dan Nikaragua yang terang-terangan mendukung Rusia dalam perang kali ini.
Donbass yang merupakan salah satu provinsi Ukraina juga diduga bakal memberikan dukungan untuk Rusia. Hal itu disebabkan karena daerah ini yang menjadi alasan bagi Rusia untuk mengerahkan kekuatannya ke Ukraina. Sebelum konflik Rusia versus Ukraina memanas, pejuang pro kemerdekaan Donbass disebutkan telah lama mendapat dukungan dari militer Rusia.
Anggota Collective Security Treaty Organization (CSTO) yang terdiri dari negara-negara bekas Uni Soviet memiliki potensi untuk membela Rusia. Ada enam negara yang tergabung dalam organisasi tersebut di luar Rusia dan Belarusia, seperti Armenia, Kazakhstan, Kirgistan dan Tajikistan.
Azerbaijan negara non-CSTO juga diperkirakan akan mengabaikan seruan untuk melawan Rusia. Terlebih Putin memiliki jasa dalam memulihkan konflik antara Armenia dan Azerbaijan dalam memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh beberapa waktu lalu.
Iran yang masih mendendam terhadap AS lantaran pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani, disebut-sebut juga bakal mendukung Rusia. Lantas bagaimana dengan Korea Utara dan China, yang memiliki haluan komunis serupa Rusia?
China hingga saat ini belum menunjukkan sikap yang jelas terhadap konflik antara Rusia dengan Ukraina. Namun, dalam sidang PBB beberapa waktu lalu menyikapi serangan Rusia terhadap Ukraina, negara Naga Merah ini mengambil sikap abstain. Presiden Xi Jinping juga disebutkan bersikap sangat hati-hati dalam konflik tersebut. Meskipun demikian, China enggan mengecam Rusia yang menjadi sekutu dekatnya.
China juga masih mempertahankan hubungan dagang dengan Rusia sembari terus menekan AS.
Sementara Korea Utara, yang merupakan bekas sekutu Uni Soviet, justru memanfaatkan konflik Rusia-Ukraina dengan melakukan uji coba rudal balistik.[]