Banda Aceh | Aceh Info – Kisah damai Aceh kembali menggema di panggung dunia. Dalam pidatonya di forum ekonomi internasional bergengsi St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF), Presiden Prabowo Subianto menjadikan rekonsiliasi politik di Aceh sebagai contoh nyata bagaimana konflik bisa disulap menjadi kekuatan politik yang produktif.
Presiden Prabowo tampil sebagai pembicara utama atas undangan Presiden Rusia Vladimir Putin. Di hadapan tokoh-tokoh dunia, Prabowo menyoroti pentingnya semangat memaafkan dan membangun masa depan bersama, sebagaimana yang dilakukan Nelson Mandela.
“Saat keluar dari penjara, Mandela tidak menuntut balas, tapi merangkul lawannya. Itulah semangat yang saya terapkan di Indonesia,” ujar Prabowo. Ia lalu mencontohkan perjalanannya membangun kerja sama politik dengan Muzakir Manaf, mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), yang kini menjadi Gubernur Aceh.
Hubungan keduanya yang dulunya berada di sisi berlawanan, kini bersatu dalam barisan politik yang sama. Muzakir Manaf saat ini merupakan kader Partai Gerindra, partai yang juga mengantarkan Prabowo ke kursi Presiden Republik Indonesia.
“Dulu kami berseberangan. Tapi kini, dia jadi Gubernur Aceh dan saya Presiden Indonesia. Bukti bahwa musuh bisa jadi mitra,” tegas Prabowo, disambut tepuk tangan peserta forum.
Pernyataan tersebut mendapat sambutan positif dari Ketua Badan Reintegrasi Aceh (BRA), Jamaluddin, S.H., M.Kn. Ia menyebut bahwa pengakuan Presiden Prabowo terhadap proses damai di Aceh di forum global merupakan penghormatan besar bagi rakyat Aceh.
“Aceh bukan hanya daerah pasca-konflik, tapi kini sudah jadi simbol rekonsiliasi dunia. Apa yang pernah kita alami, sekarang menjadi inspirasi global. Kita harus bangga,” ujar Jamal.
Ia menyebut bahwa selama hampir dua dekade, Aceh telah menjadi laboratorium perdamaian yang berhasil membuktikan bahwa konflik bersenjata bisa dihentikan melalui jalan dialog dan saling menghargai. “Pidato Presiden Prabowo membawa harapan baru. Dunia sekarang bisa melihat Aceh sebagai contoh bagaimana mantan lawan bisa duduk bersama dan membangun daerah. Ini bukan hanya kisah politik, tapi pelajaran kemanusiaan,” tambahnya.
Jamal menutup pernyataannya dengan mengatakan bahwa meski Muzakir Manaf secara fisik berada di Aceh, kisahnya hari ini bergema di panggung dunia.
