29.5 C
Banda Aceh
spot_img

TERKINI

Mapesa Akan Gelar Meuseuraya Akbar di Pidie, Ini Rangkaian Acaranya

BANDA ACEH | ACEH INFO — Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa) akan menyelenggarakan kegiatan tahunan bertajuk Meuseuraya Akbar 2025. Kegiatan Meuseuraya Akbar 2025 dirancang dengan beragam rangkaian acara edukatif dan partisipatif yang akan dilangsungkan di berbagai titik lokasi bersejarah di Pidie.

Ketua panitia Meuseuraya Akbar 2025, Iskandar Tungang, Kamis, 8 Mei 2025 menjelaskan kegiatan tersebut dilaksanakan dalam upaya menjaga dan melestarikan warisan budaya Aceh yang akan berlangsung selama lima hari, mulai Minggu (25/5) hingga Kamis (29/5) di berbagai situs sejarah penting yang tersebar di Kabupaten Pidie.

Iskandar merincikan, Opening Ceremony dan Pembukaan Pameran Meuseuraya Akbar pada Minggu, 25 Mei 2025. Acara pembukaan akan digelar pada malam hari di Gedung Meusapat Ureung Pidie. Dalam seremoni ini akan ditampilkan pameran sejarah dan budaya yang memperkenalkan kembali kekayaan warisan Aceh kepada masyarakat luas, termasuk dokumentasi restorasi situs-situs sejarah yang telah dan sedang dilakukan.

Pada Senin, 26 Mei 2025 dialnjutkan dengan Tur Edukasi Anak dan Penanaman Pohon sebagai bagian dari edukasi generasi muda, Mapesa akan menggelar kegiatan tur sejarah untuk anak-anak sekolah yang akan diajak mengunjungi situs-situs bersejarah penting, seperti: Kompleks Makam Sultan Ma’ruf Syah di Cot Kandang, Makam Makruf Syah, Kompleks Makam Syaikh Abdurrahim Al-Madani di Sanggeu, Masjid Raya Labui, Situs sejarah di Kupaleh, Kuta Asan, Sigli. Selain itu, akan dilakukan penanaman pohon sebagai simbol keberlanjutan dan penghijauan situs sejarah.

Sementara itu pada Selasa, 27 Mei 2025 akan digelar Workshop dan Diskusi Pelestarian Sejarah di Hotel Safira, Pidie, kegiatan ini menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang seperti arkeolog, sejarawan, praktisi pelestarian budaya, serta perwakilan pemerintah dan masyarakat. “Tujuannya untuk merumuskan strategi pelestarian yang berkelanjutan dan berbasis komunitas,” jelas Iskandar.

Puncak acara akan digelar pada Rabu, 28 Mei 2025 dalam bentuk  Meuseuraya Akbar & Khanduri Jrat di Desa Cot Geunduek, kegiatan gotong-royong pemeliharaan situs makam akan dilangsungkan secara besar-besaran, disertai dengan Khanduri Jrat—tradisi kenduri untuk makam para leluhur.

“Ini merupakan momen kebersamaan spiritual dan budaya yang memperkuat ikatan antarwarga dan menumbuhkan rasa tanggung jawab bersama terhadap warisan leluhur,” tambah Iskandar.

Menutup seluruh rangkaian acara, Mapesa akan menggelar duek pakat di Hotel Safira pada Kamis, 29 Mei 2025. Forum ini menjadi ajang refleksi, evaluasi, dan perumusan tindak lanjut dari kegiatan Meuseuraya Akbar. Para peserta juga akan diminta memberikan masukan serta menyusun rencana kolaboratif untuk pelestarian sejarah ke depan.

Iskandar menambahkan, Kegiatan Meuseuraya Akbar ini merupakan bentuk nyata kepedulian Mapesa terhadap pelestarian sejarah dan budaya Aceh. Meuseuraya sendiri berasal dari budaya gotong royong khas Aceh, dan dalam konteks kegiatan ini, semangat tersebut dihidupkan kembali dengan melibatkan elemen masyarakat secara luas, dari tokoh adat, pemuda, akademisi, hingga lembaga-lembaga kebudayaan dan pemerintah daerah.

“Kegiatan ini bukan sekadar restorasi fisik situs-situs bersejarah, tetapi juga bertujuan membangun kesadaran kolektif akan pentingnya pelestarian sejarah di tengah masyarakat. Kontribusi kegiatan meuseuraya tidak hanya terletak pada pemulihan fisik situs bersejarah, tetapi juga pada upaya menjaga isu pelestarian tetap relevan di tengah masyarakat. Dengan meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat, program ini diharapkan mampu mengubah kondisi keterbelakangan dalam pelestarian warisan sejarah menjadi sebuah gerakan yang berdampak jangka panjang,” ungkapnya.

Iskandar menambahkan, masyarakat umum memiliki peran krusial dalam menghadapi berbagai persoalan kompleks, termasuk pelestarian warisan budaya. Kemauan masyarakat untuk terlibat secara aktif dapat menjadi kekuatan yang mampu mengubah arah kebijakan dan menciptakan perubahan nyata, terutama dalam isu-isu yang berkaitan dengan sejarah dan budaya.

“Oleh karena itu, peningkatan kualitas pemahaman masyarakat terhadap sejarah menjadi prioritas utama. Pemahaman ini tidak hanya akan memperkuat identitas budaya, tetapi juga akan berdampak positif pada berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi dan sosial,” kata Iskandar.

Iskandar mengajak seluruh lapisan masyarakat, baik yang berada di Pidie maupun dari luar daerah, untuk ikut serta dalam kegiatan ini. Kehadiran dan partisipasi aktif masyarakat menjadi kunci keberhasilan pelestarian sejarah, agar generasi masa depan tidak kehilangan jejak dan jati diri budayanya.[]

spot_img

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

INDEKS