ACEH SELATAN | ACEH INFO – Orangutan Information Centre (OIC) mengingatkan publik untuk tidak memperdagangkan orangutan yang merupakan satwa endemik Indonesia. Hal itu digaungkan dalam Orangutan Festival (OU Fest) 2025 yang digelar di Taman Hutan Raya (Tahura) Trumon, Aceh Selatan, pada 18–19 Agustus 2025.
Direktur Eksekutif OIC, Syafrizaldi Jpang, mengatakan OU Fest tahun ini mengusung tema Love for Orangutan dengan tagar kampanye #KawalJanganDijual. Menurutnya, tema tersebut lahir dari keprihatinan karena kasus perdagangan orangutan masih marak terjadi, bahkan lintas negara.
“Orangutan itu endemik Indonesia. Rumahnya di sini. Kampanye ini adalah seruan agar kita bersama-sama menghentikan perdagangan satwa dilindungi dan menjaga habitatnya,” ujar Syafrizaldi.
Ia membeberkan sejumlah kasus terbaru. Pada Juli 2024, tiga pedagang orangutan ditangkap Polisi di Aceh Tamiang. Dari penangkapan itu, satu bayi orangutan berhasil diselamatkan dari dalam ransel pelaku.
Tidak lama berselang, Gakkum KLHK juga menggagalkan upaya jual beli dua bayi orangutan di Melawi, Kalimantan Barat. “Walau kedua kasus itu tak saling berhubungan, tapi korbannya sama, orangutan,” tegasnya.
Syafrizaldi melanjutkan, sepanjang tahun 2025 otoritas luar negeri juga menemukan praktik penyelundupan orangutan asal Indonesia.
Pada Februari lalu, tiga bayi orangutan disita otoritas Thailand setelah diselundupkan melalui Malaysia. Kemudian pada Mei, aparat Thailand kembali menggagalkan penjualan dua bayi orangutan sekaligus menangkap pelakunya.
“Sebelumnya, otoritas kita juga berhasil membongkar jaringan perdagangan tengkorak satwa. Hasilnya, 78 tengkorak primata disita, dan sebagian di antaranya terkonfirmasi sebagai orangutan,” ungkapnya. Selain kampanye konservasi, Orangutan Fest 2025 juga menghadirkan berbagai kegiatan edukatif dan kreatif.
Ketua Panitia, Irfan Fitra Mansyah, menyebutkan rangkaian acara telah dimulai sejak 21 Juli dengan lomba desain logo Tahura Trumon, lomba infografis, hingga konten kreatif reels di media sosial.
“Puncak festival berlangsung selama dua hari, 18 hingga 19 Agustus, dengan kemah konservasi, lomba fotografi, serta lomba mewarnai untuk anak-anak TK dan PAUD. Semua kegiatan bertujuan memperkenalkan orangutan dan hutan Sumatra dengan cara menyenangkan sekaligus mendalam,” jelas Irfan.
Ia berharap, melalui festival ini kesadaran generasi muda akan pentingnya menjaga hutan sebagai habitat asli orangutan semakin meningkat. “Semoga festival ini menjadi pengingat bahwa hutan adalah warisan penting yang harus kita jaga bersama,” katanya.
Salah seorang peserta kemah konservasi, Cut Rizky Juliana, siswi SMA Negeri 1 Trumon Tengah, mengaku sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Menurutnya, festival ini memberi pengalaman berharga sekaligus menumbuhkan kepedulian terhadap satwa kunci di ekosistem Leuser.
“Festival ini membuat kami, anak muda, semakin peduli pada alam dan satwa kunci di Taman Nasional Gunung Leuser,” ucap Cut Rizky.[]