25.7 C
Banda Aceh
spot_img

TERKINI

Tiga Meugang dalam Qanun Aceh

RAJA Aceh memerintahkan para uleebalang dan pejabat negeri menyembelih kerbau dan sapi pada hari meugang. Dagingnya dibagi kepada penduduk sebagai bekal menjalani ibadah puasa.

Tradisi meugang sudah melembaga di Aceh. Sejak dulu sudah diatur dalam qanun (undang-undang) kerajaan. Salah satu manuskrip Qanun Aceh yang di dalamnya ikut mengatur tradisi meugang masih disimpan di Manuscript India Office Library dalam Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal – Land en Volkenkunde, Jilid XXIV. s- Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1958 dalam naskah berjudul Adat Aceh.

Dalam qanun itu dijelaskan, pada tiga hari menjelang puasa bulan Ramadhan, Raja Aceh memberi titah kepada sekalian uleebalang dan petinggi negeri, menyembelih kerbau dan sapi, dagingnya dibagikan kepada penduduk sebagai bekal menghadapi puasa.

Ketiga hari ini disebut sebagai hari makmeugang atau hari meugang puasa. Hingga kini tradisi ini masih dipertahankan dalam kehidupan masyarakat Aceh. Hal yang sama juga akan dilakukan raja pada hari terakhir puasa atau sehari menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Pemotongan hewan secara massal untuk rakyat pada akhir Ramadhan ini disebut sebagai meugang uroe raya pitrah (idul fitri). Begitu juga pada penyambutan hari raya Idul Adha, pemotongan hewan sehari sebelum hari raya ini dinamai meugang uroe raya keureubeuen (hari raya qurban).

Secara ekonomi, tradisi meugang di Aceh, membuat pedagang daging sapi dan kerbau memperoleh keuntungan yang melimpah. Malah di beberapa daerah di Aceh, untuk memenuhi kebutuhan daging meugang, harus didatangkan sapi dari luar daerah.

Semaraknya hari meugang ini pula yang kemudian oleh sebagian orang diplesetkan dari kata makmeugang menjadi makmur gang. Hari di mana para pedagang daging di gang-gang pasar memperoleh keuntungan yang berlipat ganda.

Dalam Qanun Aceh juga dijelaskan, meugang sebelum puasa diniatkan sebagai wujud rasa syukur atas datangnya bulan suci Ramadan, bulan penuh berkah, rahmah, maqfirah dan ampunan. Kemudian meugang pada akhir Ramadhan atau sehari sebelum hari raya Idul Fitri diselenggarakan sebagai wujud perayaan setelah sebulan melaksanakan ibadah puasa. Begitu juga pada meugang sehari sebelum hari raya Idul Adha, dilaksanakan sebagai ungkapan terimakasih atas masih adanya kesempatan untuk berkurban di hari raya.

Momentum tiga kali meugang dalam setahun itu juga menjadi ajang bagi raja, uleebalang dan petinggi negeri di Aceh untuk bersedekah pada rakyat, menyantuni anak yatim dan fakir miskin agar mempunyai bekal makanan menyambut puasa dan hari raya.[]

spot_img

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

INDEKS