28.5 C
Banda Aceh
spot_img
spot_img

TERKINI

Orang Indonesia Enggan Berlangganan Pengaruhi Bisnis Media Massa

JAKARTA | ACEH INFO – Model lama bisnis media lokal yang berbasis iklan dan langganan dinilai sudah ketinggalan zaman ketika diterapkan ke media baru. Hal tersebut dipicu oleh sifat orang Indonesia yang enggan berlangganan dan tidak mau membeli sebuah konten.

“Dan ini menjadi tantangan cukup berat. Iklan sangat tidak mendukung terhadap pola kerja publisher,” ujar Pemimpin Redaksi Suara.com, Suwarjono, dalam acara Local Media Summit (LMS) 2022 di Jakarta, Kamis, 27 Oktober 2022.

Kegiatan yang digelar di Gedung Perpustakaan Nasional Jakarta ini diikuti oleh sekitar 300-an media lokal dari seluruh Indonesia, baik dari Aceh hingga Papua.

Di sisi lain, kata dia, jika media menggantungkan bisnis pada pageviews, maka akan berhadapan dengan konten receh, hantu, prank dan hoaks. Menurutnya konten receh dengan konten jurnalisme yang pembacanya kecil, maka akan kalah harganya dalam sisi periklanan.

“Tantangan cukup besar bagi kita untuk beradaptasi, berubah. Poinnya kalau itu diteruskan nasib jurnalisme kita bisa habis kalau model bisnis tetap sama,” lanjut Suwarjono dalam kegiatan yang bekerja sama dengan International Media Support (IMS) tersebut.

Dia menyebutkan terdapat model biaya untuk media atau model bisnis media saat ini. Pertama, media sebagai konten kreator dimana pembuat konten untuk platform global seperti Google, Facebook, Twitter, Instagram, dan TikTok. Namun, menurutnya, model bisnis seperti ini akan membuat perusahaan media menjadi tergantung dengan platform tersebut.

Selanjutnya ada pula model media dengan berbasis langganan. Model media seperti ini menurutnya memiliki tantangan yang cukup berat. Ada juga bisnis media sebagai display.

“Membuat media sebagai tempat display sebagai outlet sementara bisnisnya di tempat lain. Saya kebayang 2024, media sebagai outlet dipakai calon-calon,” ujarnya.

Keempat media dikelola berbasis donor yang memiliki konten nice.

“Kelima adalah menggabungkan banyak model. Dia menggunakan ekosistem digital baik untuk distribusi bagi digital, agensi, PH. Lima model ini mnearik, tapi butuh model baru lagi supaya tidak stagnan,” ujar Suwarojono.

Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Pers, Agung Darmajaya, mengatakan di era media digital saat ini jumlah media bertambah pesat. Namun pertumbuhan media tersebut tidak turut mendongkrak kualitas jurnalisme yang menjadi daya jualnya. “Kadang kita lupa media tumbuh berkembang banyak, tapi jadi sampah,” ujar Agung.

Dia mengajak semua pelaku media massa untuk berpikir bagaimana mencari solusi untuk keberlanjutan perusahaan masing-masing. Di tengah kompetisi semakin ketat kata Agung, pemilik media butuh kreativitas dan inovasi.

“Kalau bicara regulasi sudah khatam, tapi bagaimana setelah hadir, bagaimana mereka hidup,” tuturnya.

Menurutnya sebuah berita yang diproduksi tidah hanya untuk membuat gaduh masyarakat. Akan tetapi diperlukan konten yang mendidik dan bagaimana menjaga keberlangsungannya.

“Membuat berita jangan hanya membuat gaduh. Kita bicara tidak hanya konten media, tapi juga knowledgenya dan keberlangsungannya,” ujar Agung.[]

EDITOR: BOY NASHRUDDIN AGUS

spot_img

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

INDEKS