JAKARTA|ACEHINFO-Kasus dugaan pemaksaan pemakaian jilbab bagi siswi muslim di sejumlah daerah menjadi perhatian dalam beberapa hari terakhir. Dugaan pemaksaan itu bahkan dikait-kaitkan dengan upaya Islamisasi di sekolah umum.
Ima Mahdiah, politisi PDIP ikut mengkritik para guru yang diduga memaksa murid sekolah umum untuk mengenakan jilbab. Dia mengingatkan para guru untuk sadar diri bahwa mereka digaji dari pajak rakyat, bukan dari zakat.
“Guru-guru lupa kalau mereka digajinya dari pajaknya (rakyat), bukan dari Baznas. Mungkin kalau dari Baznas atau dia sekolahnya madrasah mungkin beda cerita,” kata dia,seperti dikutip CNN Indonesia, Selasa (2/8).
Anggota Komisi E DPRD DKI yang pernah menjadi staf Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ini menyebut, hasil penelusuran pihaknya, praktik pemaksaan jilbab atau kerudung terhadap siswi sekolah negeri melalui instruksi lisan dari sekolah atau oknum guru tertentu. Padahal, tidak ada aturan tertulis dari Dinas Pendidikan DKI.
Dia mengatakan praktik pemaksaan berjilbab bagi siswi di sekolah negeri bukan kali pertama. Praktik serupa sebelumnya juga sempat terjadi seperti instruksi agar memilih Ketua OSIS yang seiman.
“Sekarang kejadian lagi bahwa oknum-oknum guru mengintimidasi murid-murid. Mungkin enggak semua guru, cuma orang tua kan mereka enggak berani ngomong,” katanya.
Ima pun meminta agar Disdik DKI mengevaluasi seleksi guru-guru di sekolah negeri. Dia juga meminta agar pemerintah menjatuhkan sanksi tegas kepada guru yang melakukan berbagai bentuk diskriminasi terhadap siswa.
“Kalau ada guru yang kayak gitu bisa dipecat, ya sanksi tegas. Jangan sampai ada yang lain, kalau cuma yang ringan-ringan aja pasti mereka enggak takut,” kata Ima.
Praktik pemaksaan jilbab terhadap siswi di sekolah negeri sebelumnya diungkap oleh Ima. Ia menerima laporan dari warga. Ia awalnya menceritakan ada orang tua yang tidak mampu beli seragam sekolah.
“Saya tanya, kenapa SD negeri pakaiannya panjang-panjang, saya kira hanya hari Jumat saja. Ternyata ibunya bilang, diwajibkan pakai baju panjang di sekolah,” kata Ima.
Sebelumnya juga viral di media sosial soal dugaan pemaksaan penggunaan jilbab di SMA Negeri di Bantul, Yogyakarta. Dugaan pemaksaan ini dilakukan oleh guru Bimbingan Konseling (BK) kepada seorang siswi saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Bahkan siswi tersebut mengaku mengalami depresi hingga ingin pindah sekolah akibat pemaksaan itu.[]