ACEH INFO | PIDIE – Sejumlah korban dan ahli waris korban tragedi Rumoh Geudong di Desa Alue Bili, Kecamatan Gelumpang Tiga, Kabupaten Pidie. Acara doa bersama itu, dipimpin oleh Teungku Zainudin bin Tgk Yunus Balee.
Salah seorang ahli waris korban, Fauzi Nur Hamzah mengatakan, saat sekarang ini telah disepakati kalau setiap tanggal 21 Agustus sebagai hari tragedi Rumoh Geudong, karena pada 21 Agustus 1990, rumah tersebut mulai ditempati oleh militer.
“Ada pertanyaan mengapa dipilih tanggal 21 Agustus sebagai hari tragedi Rumoh Geudong? Kami ingin memilih tanggal Rumoh Geudong mulai ditempati oleh militer pada tahun 1990. Namun kami tidak menemukan jejak tanggal dan bulan apa,” ujar Fauzi Nur Hamzah, Minggu, 27 Agustus 2023.
Fauzi menambahkan, korban dan ahli waris Rumoh Geudong tidak memiliki tanggal untuk berdoa sebab tragedi Rumoh Geudong terjadi selama 9 tahun sejak tahun 1990-1998. berbeda dengan tragedi Sp KKA di Aceh Utara yang terjadi pada satu hari pada Senin, 3 Mei 1999 atau tragedi Jambo Keupok Aceh Selatan pada Sabtu 7 Mei 2023.
Begitu juga alasan dipilihnya tanggal 21 Agustus, karena karena beberapa jam setelah Baharuddin Lopa yang memimpin tim Komnas HAM, meninggalkan Rumoh Geudong, warga membakar rumah itu.
“Alasan mengapa warga membakar Rumoh Geudong tersebut. Sebab ada kasus ketika datang tim dari Jakarta, militer memindahkan tahanan ke tempat lain sehingga ketika tim memeriksa rumah tersebut kosong. Setelah tim pergi, tahanan dikembalikan lagi ke rumah tersebut,” tuturnya.
Dirinya mengajak seluruh korban, ahli waris korban serta warga yang bersimpati agar setiap tanggal 21 Agustus dikenang sebagai hari duka cita. Bahkan masih ada ratusan ahli waris dan korban pelanggaran HAM Berat di pos satis di Aceh Timur, Aceh Utara, Pidie yang belum menerima hak-haknya dari negara.
“Perlu persatuan dan kekompakan saboh pakat agar hak-hak korban dan ahli waris bisa diterima oleh korban di tiga daerah tersebut, seperti kartu berobat gratis BPJS Kesehatan Prioritas, beasiwa,” katanya.
