JAKARTA|ACEHINFO-Pemerintah pusat diminta untuk sekalian memberlakukan pemeriksaan pasport, bagi Warga negara Indonesia (WNI) yang hendak ke Aceh dengan menggunakan pesawat udara. Soalnya harga tiket pesawat ke Aceh dari sejumlah kota di Indonesia, sama seperti harga tiket pesawat ke luar negeri.
“Sekalian aja pakai passport masuk Aceh. karena harga tiket ke Aceh seperti menuju ke negara lain saja atau setara sekali biaya tiket jamaah umroh, ini kebijakan aneh,” kata anggota DPD RI asal Aceh, Fachrul Razi, dalam keterangannya Kamis (28/4).
Fachrul menilai Pemerintah lemah dan takluk dengan perusahaan penerbangan. Kata dia, harusnya Pemerintah harus menindak tegas pemilik maspakai.
“Tiket mahal karena pemerintah tidak tegas dan lemah menghadapi perusahaan maskapai sehingga tiket dijual diatas harga yang diterapkan oleh negara maksimal 10 persen, ini harganya menjadi 1000 persen,” katanya.
Menurut Senator asal Aceh itu, seharusnya pemerintah mengatur agar harga tiket normal bukan malah memaklumi kenaikan tarif oleh maskapai, yang terdampak dalam akibat pandemi dua tahun terakhir.
“Di Aceh juga banyak warga yang berasal dari luar Aceh dan ingin kembali ke Jakarta untuk merayakan Lebaran, demikian juga warga Aceh di luar Aceh yang ingin mudik dengan pesawat ke Aceh tapi harganya sangat gila,” Ujarnya.
Fachrul Razi meminta seharusnya pemerintah menambah maskapai penerbangan atau memberikan izin khusus Aceh agar ada penerbangan lain yang beroperasi di Aceh. Terbatasnya maskapai yang ada, dinilai merugikan penduduk di ujung barat Indonesia itu. “Ini sangat merugikan Aceh dan Masyarakat Aceh,” sebutnya.
Sebelumnya Maskapai di Indonesia diizinkan untuk menaikkan harga tiket pesawat dengan alasan naiknya harga bahan bakar Avtur. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan kenaikan harga tiket pesawat menjadi solusi paling tepat dalam menangani masalah kenaikan harga avtur.
“Alasan pemerintah mendukung kenaikan adalah kebijakan bodoh pemerintah, akibatnya Aceh dan propinsi lainnya mengalami kenaikan tiket hingga 1000 persen,” ujar Fachrul Razi.[]
