29.6 C
Banda Aceh
spot_img
spot_img

TERKINI

POPULER

Korban Pencemaran Limbah PT Medco Mulai Menimpa Perempuan dan Anak

BANDA ACEH | ACEH INFO – Pencemaran limbah udara dari proses produk minyak dan gas PT Medco E&P Melaka diduga telah memakan korban perempuan, anak hingga ibu hamil serta para lansia yang tinggal di lingkaran tambang. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh pun kembali mengingatkan PT Medco E&P Melaka terkait kondisi yang sudah empat tahun dialami warga Blang Nisam, Alue Ie Mirah, Suka Makmur, dan Jambo Lubok tersebut.

“Masyarakat yang berada di ring satu, yaitu Gampong Blang Nisam, Alue Ie Mirah, Suka Makmur dan Jambo Lubok sudah 4 tahun lebih mencium bau tak sedap dan mulai resah. Berbagai protes telah berulang kali dilayangkan oleh warga sejak 2019 lalu, tetapi hingga awal 2023 belum ada titik temu,” kata Kepala Divisi Advokasi dan Kampanye Walhi Aceh, Afifuddin Acal, melalui siaran pers, Selasa, 10 Januari 2023.

Dia menyebutkan dampak pencemaran itu kini semakin meluas. Sebelumnya, kata dia, hanya bau busuk yang membuat warga mual, muntah, pusing hingga ada yang pingsan. Ada beberapa warga bahkan harus dilarikan ke rumah sakit berulang kali. “Sekarang semakin diperparah mulai berdampak terhadap kualitas air sumur yang mulai berubah rasa dan kandungannya,” katanya lagi.

Tim Walhi Aceh yang mendapat laporan dari warga telah berkunjung ke Blang Nisam pada Kamis, 5 Januari 2023 lalu. Di sana, elemen sipil peduli lingkungan tersebut sempat melakukan pertemuan dengan kelompok perempuan lingkar tambang, yang memprotes pencemaran tersebut. “Dalam pertemuan itu, mereka bercerita sudah banyak korban dari perempuan dan anak hingga lansia,” katanya.

Berdasarkan keterangan warga, sudah 13 orang yang menjadi korban dan semua harus dirawat di Puskesmas sejak 2019 hingga akhir 2022. Sebagian besar korban bahkan harus dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Zubir Mahmud di Idi, Aceh Timur.

Mereka mengeluhkan sesak napas, mual, muntah-muntah, pusing, lemas hingga pingsan setelah menghirup bau busuk limbah proses produksi PT. Medco E&P Malaka. “Korbannya lagi-lagi kebanyakan adalah perempuan, anak-anak serta lansia yang berusia di atas 80 tahun,” ungkap Afifuddin.

Direktur Walhi Aceh, Ahmad Shalihin, juga menambahkan warga sudah melaporkan kasus pencemaran ini ke pemerintah dan DPRK Aceh Timur. Namun, kata dia, solusi yang ditawarkan belum menyentuh akar masalah. Warga malah diminta untuk beradaptasi saat bau busuk terjadi.

“Ini kan lucu. Solusi yang ditawarkan kok warga yang harus beradaptasi, seharusnya PT Medco lah yang harus cari solusi dan bertanggung jawab,” kata Direktur Walhi Aceh, Ahmad Shalihin.

Menurutnya pencemaran ini sudah lama dirasakan warga di lingkar tambang tersebut. Pada 9 April 2021, bahkan terdapat 250 jiwa warga Gampong Panton Rayeuk, Kecamatan Banda Alam terpaksa mengungsi ke kantor camat karena bau busuk yang dirasakan.

Baca: Sejumlah Warga Aceh Timur Diduga Terpapar Gas PT Medco

“Ini persoalan serius yang harus segera ditangani, terlebih kebanyakan korbannya adalah perempuan, anak-anak, ibu hamil hingga lansia, mereka cukup rentan bila udara tidak sehat,” jelasnya.

Hingga sekarang warga di lingkar tambang masih mencium bau limbah tersebut. Baru-baru ini pada 2 Januari 2023, bahkan ada satu anak berusia dua tahun dari Gampong Alue Patong dilarikan ke Puskesmas Alue Ie Merah dan satu orang dewasa mengalami sesak, mual-mual, muntah, pusing.

“Hari itu juga pihak Puskesmas merujuk anak usia dua tahun itu ke Rumah Sakit Zubir Mahmud di Idi, hingga 5 Januari 2023 masih dirawat di rumah sakit,” jelas Om Sol, sapaan akrab Ahmad Shalihin.

Saat berada di Gampong Blang Nisam, Walhi bahkan menemukan dua anak-anak terbaring lemas di rumahnya. Informasi yang diperoleh dari orang tuanya, anak tersebut lemas dan muntah-muntah setelah menghirup bau busuk beberapa waktu lalu.

Anak tersebut bahkan sudah sepekan tidak masuk sekolah karena kondisi yang masih lemas, pusing dan muntah. Dia hanya bisa berbaring di rumahnya.

“Mirisnya berdasarkan keterangan dari orang tuanya, obat yang dibeli itu menggunakan BPJS, pihak perusahaan hanya berikan satu tabung oksigen, itu pun setelah diurus oleh ayahnya baru dikasih,” jelasnya.

Walhi Aceh meminta Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, untuk segera bersikap dan menyelesaikan kasus pencemaran yang semakin mengkhawatirkan tersebut.

“Presiden harus segera turun karena warga sudah pernah melaporkan ke  Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Pemerintah Aceh. Tetapi hingga sekarang belum ditanggulangi,” jelasnya.

Dia mengancam bila tidak segera ditanggulangi, maka Walhi Aceh bersama warga terdampak akan menggugat PT Medco E&P Malaka atas dugaan pembiaran pencemaran dampak dari beroperasinya perusahaan minyak dan gas itu.

“Walhi Aceh bersama warga siap gugat perusahaan, agar hak-hak hidup sehat warga terjamin,” tegasnya.[]

spot_img

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

TERKINI