CALANG | ACEH INFO – Sebagian besar wilayah hutan di Indonesia diakui menjadi kawasan penyangga kehidupan dunia. Hutan hutan hujan tropis yang sangat kaya dengan keanekaragaman hayati flora dan fauna merupakan rumah bagi berbagai spesies satwa dilindungi.
Ulu Masen merupakan sebuah kawasan hutan hujan tropis nan eksotis yang membentang dikabupaten Aceh Jaya, Aceh Besar, Aceh Barat, Pidie, dan Pidie Jaya. Bentang wilayahnya diperkirakan mencapai luas melebihi 700 ha.
Sejumlah flora dan fauna Sumatra seperti orang utan, gajah, harimau, macan dahan, beruang madu, kukang, siamang, kambing hutan, rangkong, berbagai jenis reptil dan serangga diyakini masih berada di sana.
Habitat hutan Ulu Masen kini juga menjadi salah satu sumber ekonomi bagi masyarakat setempat. Di lebatnya rimba itu, lebah-lebah hutan liar hidup berkelompok dalam berbagai koloninya membuat sarang didahan pepohonan tinggi, dan di atas bukit-bukit berbatu.
Baca Juga: Penyaluran KUR di Aceh Capai Rp 4,33 Triliun
Menurut informasi warga setempat produksi madu liar yang dipanen di hutan Ulu Masen bisa mencapai 1 ton lebih per tahun. Warga berharap pemerintah perlu menjaga kelestarian Taman Nasional dan Konservasi Ulu Masen agar siklus produksi madu hutan dapat berlangsung dalam jangka panjang secara alamiah dan bisa menjadi sumber ekonomi baru yang sangat menjanjikan bagi masyarakat sekitar. Tinggal bagaimana pemerintah mengelolanya sambil menjaga kelestarian alam.
Ketua Ikatan Masyarakat Aceh Jaya (Ikajaya) Amal Hasan, SE, M.Si melihat produksi madu alami dikawasan hutan Ulu Masen sebagai berkah dari alam untuk masyarakat Aceh Jaya. Madu alami dengan kualitas super menjadi incaran pasar, bukan hanya lokal, dan daerah, bahkan hingga luar negeri. Ini merupakan prospek dan peluang ekonomi baru yang bernilai tambah dan madu lebah hutan ini juga berpotensi menjadi salah satu produk andalan Aceh Jaya kedepannya. Kata Amal Hasan.
“Kualitas madu hutan yang lebih manis dan lebih kental dibandingkan madu di sekitar pemukiman, memiiki potensi ekonomi yang besar bila mampu dikelola dengan baik. Pemeritah perlu hadir memberdayakan petani madu, mulai dari metode panen yang ramah lingkungan, proses penirisan dan pengemasan, hingga pemasarannya,” kata Amal Hasan.
Baca Juga: Nazar Ajak Rakyat Aceh Cerdas Memilih Pemimpin
Ekonom yang juga mantan Direktur Bank Aceh Syariah ini menambahkan, untuk memberi nilai tambah secara komersil bagi pemasaran madu Ulu Masen, perlu dilakukan pemberdayaan dari hulu hingga ke hilir. Mulai dari menyediakan peralatan kerja yang aman, proses pengemasan yang higenis agar tidak mengurangi kualitas madu, hingga menyediakan pembiayaan dan membantu pemasaran.
Bila dimaksimalkan pengelolaannya akan menjadi sumber penghasilan yang sangat menjajikan bagi masyarakat.
“Saat ini proses pengolahan dan pemasaran masih dilakukan secara tradisional oleh kelompok petani madu, kehadiran pemerintah melalui penyuluhan-penyuluhan termasuk modernisasi tekhnologi eksplorasi maka kita yakin potensi ekonomi baru akan berkembang dari sumberdaya yang disediakan alam untuk masyarakat Aceh Jaya,” tambah Amal Hasan.
Amal Hasan menambahkan, banyak warga masyarakat yang menggantungkan harapan sebagai pencari madu hutan menjadi profesi baru, keahlian mereka dalam mencari dan mengolahnya hingga madu tetap higenis telah diwariskan secara turun temurun. Mereka paham bagaimana memanen madu di pohon tanpa membuat siklusnya terputus, sehingga kelestarian alam dan ketersediaan madu bisa berlangsung terus menerus.
“Pemerintah perlu memberdayakan petani madu dengan membuat program pemberdayaan dan pengelolaan yang ramah lingkungan, dan mata rantai produksi hingga pemasaran yang berkelanjutan,” tambah Ketua Perhumas Aceh tersebut.
Baca Juga: Merawat Budaya Islami Aceh Dalam Meurukon
Amal Hasan berharap dengan pengelolaan yang baik, ketersediaan madu yang melimpah di hutan Ulu Masen bisa menjadi berkah bagi masyarakat Aceh Jaya. Pemerintah Aceh Jaya perlu membuat kawasan khusus untuk budidaya madu di Ulu Masen. Setelah kawasan itu terbentuk, selain petani madu dan masyarakat sekitar terberdayakan, itu juga nanti bisa dikembangkan menjadi areal wisata minat khusus.
“Areal wisata khusus ini punya nilai jual yang mahal, dimana para wisatawan akan menemukan hal-hal baru dan kegiatan yang tidak ditemukan pada pariwisata lainnya. Salah satunya wisata berbentuk penelitian ilmiah serta wisata khusus kawasan konservasi flora dan fauna” pungkas Amal Hasan.[]