BANDA ACEH | ACEH INFO – Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh terus melengkapi data dan fakta lapangan terkait dengan pencemaran udara yang ditimbulkan dari proses produksi minyak dan gas milik PT Medco E&P Malaka. Elemen sipil tersebut bahkan mengaku telah berhasil merampungkan bukti-bukti kelalaian pihak perusahaan mencapai 90 persen.
“Kalau pihak perusahaan masih mengabaikan keluhan warga dan tidak segera mengantisipasi, tidak tertutup kemungkinan akan menempuh jalur hukum,” ujar Direktur Eksekutif Walhi Aceh, Ahmad Shalihin, Jumat, 20 Januari 2023.
Saat ini, kata dia, Walhi Aceh bersama warga masih menempuh jalur non-litigasi dengan mengadvokasi pencemaran udara dengan cara mediasi. “Semoga pemerintah maupun perusahaan jangan masuk angin, harus segera menyelesaikan permasalahan ini,” kata Ahmad Shalihin lagi.
Meskipun demikian, Walhi Aceh turut menyambut baik respon cepat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam menangani pencemaran limbah udara dari proses produksi migas milik PT Medco E&P Malaka. Tim Pengendalian Pencemaran Udara (PPU) KLHK bahkan telah turun bertemu dengan warga pada Rabu, 18 Januari 2023, setelah kelompok perempuan Gampong Blang Nisam, Kecamatan Indra Makmur bersama Walhi Aceh melaporkan dugaan pencemaran udara yang telah banyak memakan korban perempuan, anak, ibu hamil hingga lansia.
Kedatangan Tim PPU KLHK, disebut Ahmad Shalihin, sebagai langkah maju atas perjuangan warga yang tinggal di lingkar tambang PT Medco E&P Malaka untuk mencari keadilan atas hak hidup sehat mereka.
Dalam pertemuan tersebut, warga menyampaikan berbagai keluhan kepada Tim PPU KLHK, dengan masalah paling dominan muncul adalah dampak bau yang mengganggu kesehatan hingga aktivitas ekonomi.
Berdasarkan catatan Walhi Aceh, sudah 13 orang lebih yang menjadi korban akibat pencemaran udara tersebut. Para korban itu sempat dirawat di Puskesmas maupun di Rumah Sakit Umum Daerah Zubir Mahmud, Aceh Timur.
Para korban mengeluhkan sesak nafas, mual, muntah-muntah, pusing, lemas hingga ada yang pingsan setelah menghirup bau busuk dari proses produksi PT Medco E&P Malaka. Korban terbanyak adalah kaum perempuan, anak-anak serta lansia berusia di atas 80 tahun.
Baca: Korban Pencemaran Limbah PT Medco Mulai Menimpa Perempuan dan Anak
Baru-baru ini pada tanggal 2 Januari 2023, ada satu anak berusia 2 tahun dari Gampong Alue Patong harus dilarikan ke Puskesmas Alue Ie Merah dan satu orang dewasa mengalami sesak, mual-mual, muntah, pusing.
Untuk anak usia 2 tahun tersebut, pihak Puskesmas harus merujuk ke rumah sakit umum daerah Zubir Mahmud di Idi, karena tidak mampu ditangani di pusat kesehatan dasar.
Hal mengejutkan yang mengemuka dalam pertemuan tersebut yaitu ketidaktahuan warga tergait mitigasi tanggap darurat, bila sewaktu-waktu terjadi kebocoran atau kejadian luar biasa lainnya dari proses produksi minyak dan gas. Padahal, menurut Ahmad Shalihin, warga yang tinggal di lingkar tambang wajib dibekali pengetahuan mitigasi guna meminimalisir korban jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
“Bayangkan kalau anak di sekolah, orang tua di rumah, pasti akan orang tua panik dan akan bertindak gegabah, ini bisa berdampak terhadap keselamatan nyawa seseorang,” kata Ahmad Shalihin.[]