27.5 C
Banda Aceh
spot_img

TERKINI

Dr. Yusfriadi, MA: Menjadikan Politik Bernilai Ibadah

Politik sering dipandang sebagai sesuatu yang kotor, karena perilaku politisi yang jauh dari syariat. Padahal sejatinya politik juga bisa bernilai ibadah jika dijalankan sesuai dengan tuntunan agama.

Hal itu disampaikan Dr. Yusfriadi, MA Pimpinan Dayah Madinah Al-Aziziyah, Seuneubok Blang Mangat, Kota Lhokseumawe. Prinsip itu pula yang kemudian membuat doktor lulusan S3 Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU) ini memutuskan untuk terjun ke dunia politik.

Alumni Dayah Mudi Mesra Samalanga ini dipinang oleh Partai Adil Sejahtera (PAS) Aceh untuk maju sebagai calon anggota legislatif (Caleg) Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Nomor 4 dari daerah pemilihan (Dapil) 5 Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara.

Di Partai PAS Aceh Tgk Yusfriadi dipercayakan sebagai Ketua Umum Tanfidiyah MPW PAS Kota Lhokseumawe. Meski berasal dari kalangan dayah, Tgk Yusfriadi sangat melek politik, pendidikannya diawali di Dayah Mudi Mesra Samalanga, ia mondok di sana selama 10 tahun (1999 – 2019).

Sambil mondok ia juga kuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Aziziyah Samalangan dan tamat pada tahun 2009. Sebagai orang yang harus akan ilmu pengetahuan, Tgk Yusfriadi kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar Raniry Banda Aceh dan tamat pada tahun 2012. Tidak berhenti di situ Tgk Yusfradi kemudian melajutkan pendidikan S3 di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU) dan tamat pada tahun 2019.

Tgk Yusfriadi juga aktif dalam Asosiasi Komunikasi dan Penyiaran Islam (Askopis), Himpunan Ulama Dayah (HUDA) dan gerakan keilmuan Tasauf Tauhid dan Fiqih (Tastafi). Hal yang kemudian membuatnya semakin matang dalam mengambil langkah untuk terjun dalam dunia politik, mewarnai politik di Aceh dengan nilai-nilai Islam.

“Kita ingin mengubah anggapan selama ini bahwa politik itu kotor. Politik tidak kotor, yang kotor itu politisinya. Kita ingin mengedepankan nilai-nilai Islam dalam politik, menginterpretasi Islam sebagai sumber identitas dan tindakan politik, sehingga politik bisa bernilai ibadah,” jelasnya.

Tgk Yusfriadi menambahkan, para ulama terdahulu menempatkan politik sebagai ladang untuk berbuat yang terbaik bagi kemaslahatan ummat. Demokrasi adalah jalan untuk itu, makanya ketika dipinang Partai PAS Aceh untuk maju sebagai Caleg DPRA, ia tidak ragu untuk menerimanya, apa lagi kelahiran partai tersebut diinisiasi oleh para ulama.

Tgk Yusfriadi memaparkan, prisip dan elemen demokrasi dalam Islam adalah as-syura (musyawarah), al’adalah (keadilan), al-amanah (jujur), al-masuliyyah (bertanggungjawab), dan al hurriyyah (kebebasan). Kelima hal tersebut merupakan prinsip demokrasi yang diterapkan dalam politik Islam, baik pada masa Nabi Muhammad SAW maupun pada mada Khulafaurrasyidin.

“Jika prinsip dan nilai-nilai ini diterapkan dalam berpoliti, maka politik itu akan bernilai ibadah. Imam Al- Ghazali mengatakan, memperjuangkan kebaikan ajaran agama dan mempunyai kekuasaan politik (penguasa) adalah saudara kembar. Agama adalah dasar perjuangan, sedang penguasa kekuasaan politik adalah pengawal perjuangan. Perjuangan yang tak didasari (prinsip) agama akan runtuh, dan perjuangan agama yang tak dikawal akan sia-sia,” ungkapnya.

Karena itu tambah Tgk Yusfriadi, berpolitik  dengan baik merupakan bagian dari menjalankan syariat, agama bisa ditegakkan melalui kekuasaan politik. “Jadi jangan pernah memisahkan antara agama dan politik,” pungkasnya.[]

spot_img

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

INDEKS