27.7 C
Banda Aceh
spot_img
spot_img

TERKINI

Nurdaidah, Pengabdian Tiada Akhir

Karirnya dimulai dari guru di Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Meureudu, kemudian dipercayakan menjadi Kepala Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Pidie Jaya, kini dipinang Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk maju sebagai calon anggota legislatif.

Pasca purna bakti dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), Nurdaidah S.Pd seyogianya bisa hidup tenang menghabiskan masa tuanya. Tapi bagi perempuan kelahiran 6 Februari 1964 di gampong Buangan, Kecamatan Meurah Dua ini hidup di zona nyaman bukanlah gayanya. Ibu dua anak yang selalu gesit dan berjiwa muda ini lebih memilih aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan.

Sebagai seorang pendidik, Bu Dah begitu kerap ia disapa, dikenal sebagai guru yang berdedikasi dalam mengajar, gayanya yang interaktif mampu membangun kedekatan dengan siswa, serta piawai dalam membangkitkan mintan dan kemauan siswa untuk belajar. Beliau sukses dalam melakukan selft continuous improvement yang terus berproses secara berkesinambungan dan berkelanjutan, baik dalam proses belajar mengajar, maupun dalam hal interaksinya di luar sekolah.

Nurdaidah sudah berprofesi sebagai guru sejak tahun 1987. Awal-awal menjadi guru di SMU Negeri 1 Meureudu, ia tidak hanya mengajar mata pelajaran kimia yang diampunya, guru serba bisa ini juga mengajar beberapa mata pelajaran lainnya, seperti fisika, biologi, kimia, dan bahasa Inggris. “Sewaktu guru-guru mata pelajaran itu cuti, saya sering mengantikannya, saya mengajar hingga 30 jam perminggu,” kenang Nurdaidah. Hal itu pula yang kemudian mengantarkannya meraih predikat sebagai juara 2 guru telanda di Kabupaten Pidie.

Ketika Pidie Jaya dimekarkan menjadi kabupaten tersendiri, pada tahun 2007 Nurdaidah dipercayakan menjadi Kepala Subbagian (Kasubag) Pendidikan dan Kesehatan di bagian Kessos Sekretariat Daerah Kabupaten (Setdakab) Pidie Jaya. Tak lama di sana kemudian dipromosikan menjadi Kepala Bidang (Kabid) Litbang di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Pidie Jaya.

Nurdaidah yang bisa bekerja dalam segala suasana itu kemudian dipindahkan lagi dan menjabat sebagai Kepala Bagian (Kabag) Keuangan di Sekretariat DPRK Pidie Jaya, dari sana kemudian dimutasi lagi menjadi Kepala Bidang Pemantapan Ideologi di Kesbagpol Linmas Pidie Jaya.

Sukses menjalankan tugas di berbagai jabatan tersebut, Nurdaidah dipindahkan lagi ke Badan Narkotika Pidie Jaya dalam rangka persiapan pembentukan Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Pidie Jaya, saat itu di Pidie Jaya baru ada Badan Narkotika Kabupaten (BNK) yang dibentuk dengan Surat Keputusan (SK) Bupati. Ia dipercayakan menjabat sebagai Kepala Bidang Bina Potensi Masyarakat.

Di jabatan baru inilah Nurdaidah terus banyak berinteraksi dengan masyarakat, remaja dan generasi muda. Ia juga terus bolak-balik Aceh-Jakarta untuk mengantar berkas dan mengurus pembentukan BNNK Pidie Jaya, sehingga lembaga yang mengurus tentang pemberantasan narkotika itu berdiri di Kabupaten Pidie Jaya.

Di lembaga ini, Nurdaidah disibukkan dengan penyuluhan-penyuluhan kepada generasi muda dan berbagai instansi serta lembaga tentang bahaya narkoba. Para siswa dan remaja di Kabupaten Pidie Jaya sampai memanggilnya dengan panggilan “Ibu Radio” karena hampir setiap hari mereka mendengar penyuluhan tentang bahaya narkotika yang diampaikan Nurdaidah melalui siaran radio.

Keberhasilannya dalam melaksanakan program Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) di BNNK Pidie Jaya pada masa mengantarkannya menjadi Kepala BNNK Pidie Jaya. Setelah sukses di BNNK Pidie Jaya, Nurdaidah kemudian dipromosikan ke Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Aceh.

Setelah menyelesaikan tugas di BNNP Aceh, Nurdaidah kembali ke Meureudu, Pidie Jaya untuk terus mengabdi bagi daerah kelahirannya. Ia ingin berbuat lebih bagi pembangunan daerah, terutama dalam pengembangan ekonomi masyarakat. Gayung pun bersambut alumni IKIP Medan, Sumatera Utara ini dipinang oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk maju sebagai salah satu calon anggota legislatif untuk Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Pidie Jaya dari Daerah Pemilihan (DP), Meureudu, Meurah Dua, dan Ulim.

Nurdaidah merasa resah melihat kenyataan bahwa masih banyak masyarakat yang terjerat dengan “rentenir” karena kekurangan modal usaha. Ia ingin perempuan Pidie Jaya bisa bangkit dan ikut serta dalam membangun ekonomi keluarga, sehingga terbangunnya keluarga yang berkecukupan, mapan dan harmoni.

Menurut perempuan yang kini menetap di gampong Blang, Kecamatan Meurah Dua, Kabupaten Pidie Jaya ini, perempuan Aceh terbukti bisa berbuat banyak, bukan hanya dalam keadaan damai, malah dalam perang sekalipun. Hal itu telah dibuktikan oleh para pejuang perempuan tempo dulu, seperti Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Pocut Meurah Intan, dan banyak perempuan Aceh lainnya, yang berjuang untuk menjaga marwah bangsa. “Mari bergerak bersama-sama, perempuan harus bangkit,” ajak perempuan yang jago pidato tersebut.

Kini, majunya sang guru dalam kontentasi politik juga atas dukungan dan restu keluarga, serta  keluarga besar Teungku Chik Pante Geulima. Perjuangan Teungku Chik Pante Geulima dalam mempertahankan Kuta Gle, benteng terakhir pejuang Aceh di Batee Iliek, Kabupaten Bireuen bagi Nurdaidah menjadi spirit yang harus dicontoh dalam berjuang di berbagai sendi kehidupan.

“Teungku Chik Pante Geulima telah menunjukkan tauladan bagai kita, bagaimana berjuang hingga tetes darah terakhir. Beliau syahid dalam mempertahankan kedaulatan Aceh. Heroisme dan spirit beliau harus kita contoh,” tegas perempuan yang mengidolakan Cut Nyak Dhien tersebut.[]

spot_img

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

INDEKS