29.9 C
Banda Aceh
spot_img

TERKINI

Kisah Diplomasi Inggris dengan Aceh dan Kegetiran Portugis

Sejak abad 16 Aceh Kerajaan Aceh mengikat perjanjian bilateral dengan Inggris, Belanda, dan beberapa negara Eropa lainnya. Hal yang membuat kepentingan perdagangan Portugis di Semenanjung Melayu terancam.

Tentang peran Aceh dalam politik dan perdagangan internasional juga bisa ditulis  Anthony Reid dalam The Contest for Sumatra. Buku ini diterbitka di Kuala Lumpur pada tahun 1969 oleh University of Malaya Press.

Tentang dipomasi Inggris ke Aceh itu Anthony Reid mengungkapkan bahwa  untuk menjaga hubungan baik, Ratu Inggris mengutus duta besar James Lancaster ke Aceh. Ia merupakan perwira angkatan laut Inggris.

Rombongan James Lancaster tiba di Aceh pada 6 Juni 1602. Ketika memasuki wilayah perairan Aceh, ia disambut oleh Laksamana Keumalahayati. Tapi, karena Keumalahayati tidak bisa berbahasa Inggris, pembicaraan dilakukan dalam bahasa Arab, seorang Yahudi asal Inggris yang fasih berbahasa Arab jadi penerjemah Lancaster.

Kepada Keumalahayati, Lancaster mengatakan maksud Ratu Inggris yang ingin memperkuat hubungan diplomasi dengan Aceh, terutama di bidang perdagangan. Inggris meminta agar setiap kapal dagang asal Inggris yang singgah di pelabuhan Aceh diperlakukan dengan baik.

Baca Juga: Awal Mula Pacuan Kuda Kolonial di Aceh

Selain itu, Lancaster dan Ratu Inggris juga punya misi lain, meminta Kerajaan Aceh untuk tidak menjalin hubungan dagang dengan Portugis. Kerajaan Inggris ingin menanam pengaruhnya di Selat Malaka mendahului Portugis yang juga punya keinginan yang sama. Untuk itu Aceh merupakan kuncinya, karena Aceh merupakan pintu masuk dan penguasa selat Malaka masa itu, sebagian kerajaan di semenanjung melayu (Malaysia) waktu juga masuk dalam wilayah kekuasaan Aceh.

Tentang isi pemicaraan Laksamana Keumalahayati dengan Lancaster juga ditulis Denys Lombard  dalam bukunya, Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda, diterbitkan di Jakarta pada tahun 1986 oleh Balai Pustaka.

Menurut Lombard, saat itu Keumalahayati meminta Lancaster agar permintaan Inggris itu disampaikan secara tertulis atas nama Ratu Inggris. Setelah itu, Keumalahayati membawa Lancaster dan surat tersebut menghadap Sultan Aceh.

Baca Juga: Pesawat Seulawah RI 001 dan Kisah Jamuan Makan Soekarno

Akibat peristiwa itu, Portugis merasa tidak senang. Kedudukan Kerajaan Aceh dianggap Portugis akan lebih kuat di Selat Malaka dengan campur tangan Kerajaan Inggris, karena itu Portugis menyerang sebuah daerah di pantai utara Aceh dan mendirikan benteng pertahanan di sana. Benteng itu masih ada sampai sekarang, itulah benteng Portugis di sisi barat sudut utara stadion Kuta Asan, Sigli, Pidie.

Terhadap ulah Portugis tersebut, Aceh tidak tinggal diam, Laksamana Keumalahayati menggempur armada Portugis yang dipimpin Francois de Soza de Castro dan mengusirnya dari Aceh. Sebanyak 60 tentara Portugis tewas. Peristiwa itu membuat gempar Eropa, karena Aceh bukan hanya menyerang armada Francois de Soza de Castro tapi juga mengusir semua kapal berbendera Portugis di Selat Malaka, hingga armada Portugis melarikan diri ke Goa. Dan inilah yang diinginkan oleh pihak Inggris.[]

spot_img

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

INDEKS