27.4 C
Banda Aceh
spot_img

TERKINI

Pinto Khop, Ban Bekas, dan Sejarah Darul Isky

MATAHARI sedang berada tepat di atas kepala ketika beberapa pemancing ikan nila melempar kail ke kolam Taman Putroe Phang, Minggu, 1 Januari 2023. Sekitar sepuluhan pemancing ada di sana hari itu. Mereka terlihat sabar memegang joran sembari menunggu ujung kail disambar ikan-ikan yang ada di kolam berair hijau terang itu.

Dari kejauhan, joran seorang pemancing terlihat melengkung. Sementara air di kolam Taman Putroe Phang itu beriak tanda adanya ikan yang menangkap cacing di ujung kail. Pria tersebut lantas memutar reel hingga terlihat seekor ikan nila berontak  dari dasar kolam. “Strike…” teriak pria tersebut.

Pria lain, yang rambutnya sudah mulai beruban dari sisi barat kolam pun mengalami hal serupa. Ujung kailnya juga disambar ikan. Lagi-lagi ikan nila muncul dari dasar kolam.

Siang itu, area Taman Putroe Phang memang sedang ramai dikunjungi para pemancing. Ada pria paruh baya, remaja, bahkan anak-anak.

Di tengah kesenangan mereka memancing, tiba-tiba seorang pengunjung taman yang usianya masih belia menunjuk ke dasar kolam. “Lihat, ada ban di sana. Kok ada ban? Jorok kolamnya,” kata anak lelaki tersebut kepada seorang pengunjung yang usia jauh lebih dewasa. Namanya Gibran.

Pinto Khop, Ban Bekas, Dan Sejarah Darul Isky
Ban bekas terlihat mengapung di kolam krueng daroy yang berada di dalam kompleks taman putroe phang, banda aceh. Foto: boy nashruddin agus

Sebelumnya, kedua pengunjung itu terdengar sedang berbincang tentang sejarah Taman Putroe Phang. Pria dewasa tersebut bahkan terdengar menyebut area Pinto Khop ini dulunya sering dipergunakan oleh putri raja untuk mandi.

Seperti diketahui, Taman Putroe Phang merupakan salah satu destinasi wisata andalan di Kota Banda Aceh. Taman itu terletak tak jauh dari Meuligoe (pendopo) Gubernur Aceh, tepatnya di Desa Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh saat ini. Air yang mengalir dari taman itu terkoneksi dengan saluran drainase ke area rumah dinas Gubernur Aceh sekarang—yang dulunya merupakan kompleks Dalam Istana Aceh.

Merujuk keterangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Taman Putroe Phang ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang berkuasa antara tahun 1608-1636 Masehi di Aceh. Sultan ini banyak dicatat dalam sejarah Aceh dan juga sering diulas dalam jurnal-jurnal asing sebagai raja besar dari kerajaan yang berada di ujung Sumatera tersebut.

Dari catatan Disbudpar Aceh, Taman Putroe Phang yang di dalamnya terdapat Pinto Khop pernah digunakan untuk kepentingan pribadi permaisuri Sultan Aceh: Putroe Phang. Dia merupakan seorang putri dari negeri Pahang yang bernama asli Putri Kamaliah.

Taman Putroe Phang tidak berdiri sendiri, tetapi pada masanya berada dalam satu kompleks dengan Gunongan dan Taman Ghairah.

Di area Taman Putroe Phang itu terdapat Pinto Khop—yang adalah situs peninggalan purbakala Aceh. Pinto Khop ini pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda sering dipergunakan sebagai penghubung antara Darud Donya (istana Sultan Aceh) dengan Taman Sari Gunongan atau Taman Ghairah. Lokasinya berada di halaman istana bagian belakang. Area lokasi Pinto Khop memiliki luas sekitar 5 ha atau sekira 4.760 m2 saat ini.

Pinto Khop yang juga disebut Pintu Biram Indrabangsa secara bebas dapat diartikan sebagai pintu mutiara golongan para raja. Bangunan berkelir putih yang  memiliki relif khas ini dibuat dari bahan batu dan kapur dengan rongga sebagai pintu dan langit-langit berbentuk busur. Rongga ini hanya dapat dilalui oleh satu orang dari sisi timur dan barat. Bagian atas pintu masuknya berhiaskan dua tangkai daun yang disilang.

Atap bangunan Pinto Khop bertingkat tiga. Ada berbagai hiasan dalam bingkai-bingkai di sana, seperti biram (mutiara) berkelopak seperti relif yang juga dapat ditemukan di banunan Gunongan. Sementara puncak bangunan Pinto Khop dihias dengan sangga pelinggam (mahkota berupa topi dengan bagian puncak meruncing). Bagian atapnya berbentuk pelana dengan modifikasi di empat sisi dan berlapis tiga.

Di area Pinto Khop itu terdapat aliran air Krueng Daroy atau Darul ‘Isky dengan hulunya berada di pegunungan Mata Ie, Kecamatan Darul Imarah. Darul ‘Isky merupakan sungai buatan yang dibangun masa Sultan Iskandar Muda dan dipersembahkan untuk sang permaisuri Putroe Phang. Panjang aliran sungai buatan tersebut mencapai lima kilometer, bersambung dengan aliran Krueng Neng yang mengalir dari kawasan Seutui-Punge hingga Gampong Pande dan bermuara ke Krueng Aceh.

Dulunya air di kawasan taman itu bersih dan jernih sehingga menjadi lokasi favorit putri-putri raja untuk mandi. Namun, air bersih di kawasan itu sekarang sudah tidak terlihat lagi. Seperti halnya Pinto Khop, Krueng Daroy juga sudah sepatutnya turut mendapat perlindungan dan pemeliharaan dari pemerintah. Namun, sungai itu juga diduga kerap menjadi “tempat pembuangan akhir” orang tak bertanggung jawab seperti temuan ban bekas yang terlihat mengapung di kolam area Taman Putroe Phang, pada Minggu, 1 Januari 2023 siang itu.[]

spot_img

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

INDEKS